KONSEP DASAR KELUARGA
Tujuan
Pembelajaran
Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian keluarga
2. Menjelaskan tujuan dasar keluarga
3. Menjelaskan tipe keluarga
4. Menjelaskan struktural –
fungsional keluarga
5. Menjelaskan tahap perkembangan keluarga
6. Menjelaskan teori system keluarga
7. Menjelaskan konsep keluarga sejahtera
A. Pengertian Keluarga
Keluarga didefinisikan dalam berbagai hal, perbedaan
dalam definisi keluarga tergantung pada orientasi teoritis yang digunakan oleh
pendefinisi. Berikut ini akan dikemukakan pengertian keluarga menurut beberapa
ahli:
1.
Bailon dan Maglaya (1978)
Keluarga
adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain,
mempunyai peran masing-masing, dan menciptakan serta mempertahankan suatau
budaya.
2. WHO (1969)
Keluarga adalah sekumpulan anggota rumah tangga yang
saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
3.
Reisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri
dari dua orang atau lebih yang masing–masing mempunyai hubungan kekerabatan
yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek, dan nenek.
4.
Duvall dan Logan (1986)
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional
serta sosial dari tiap anggota keluarga.
5.
Gillis
(1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang
kompleks denga atribut yang memiliki, tetapi terdiri dari beberapa komponen
yang masing- masing mempunyai sebagaimana individu miliki.
6.
Spredley dan Allender (1996)
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang
tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam
interaksi sosial, peran dan tugas.
7.
BKKBN tahun 1992
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
yang terdiri dari suami – istri atau suami – istri dan anaknya atau ayah dan
anaknya atau ibu dan anaknya.
Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga
adalah:
a. Terdiri
dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi.
b. Anggota
keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan
satu sama lain.
c. Anggota
keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing–masing mempunyai peran sosial
suami, istri, anak, kakak, adik.
d. Mempunyai
tujuan menciptakan
dan mempertahankan budaya. meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial
anggota.
Dengan
menggabungkan pernyataan tersebut keluarga adalah dua orang atau lebih yang
disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi
dirinya sebagai bagian dari keluarga.
B. Tujuan Dasar Keluarga
Keluarga membentuk unit dasar dalam masyarakat,
keluarga merupakan lembaga sosial yang memiliki pengaruh paling besar terhadap
anggotanya. Unit dasar ini sangat
mempengaruhi perkembangan seorang individu, sehingga dapat menjadi penentu
keberhasilan atau kegagalan hidup seseorang. Tujuan dasar keluarga bersifat
ganda, yaitu: (1) memenuhi kebutuhan masyarakat, yang meliputi keluarga sebagai
bagiannya (2) memenuhi kebutuhan individu yang menjadi bagian dari keluarga.
Fungsi-fungsi ini merupakan sifat dasar bagi adaptasi manusia, tidak dapat
dipenuhi secara terpisah. Kedua fungsi ini harud ada di dalam keluarga.
Bagi masyarakat, keluarga melalui fungsi reproduksi
dan sosialisasi anggota baru, berfungsi untuk memenuhi kebutuhan vital.
Keluarga membentuk suatu kelompok individu yang diperlukan oleh masyarakat
sebagai satu kesatuan yang utuh, membentuk sebuah jaringan system kekerabatan
yang membantu menstabilkan masyarkat, baik dalam masyarakat industry sekalipun,
menghasilkann anggota baru guna menjamin kelangsungan hidup komunitas dan
menyediakan “calon anggota” baru untuk masyarakat dengan menyiapkan anak-anak
,mengemban peran produktif dalam masyarakat (Cherlin,1996).
Keluarga berfungsi sebagai variabel penengah antara
masyarakat dan individu, dengan kata lain tujuan dasar keluarga adalah sebagai
perantara, memkul harapan dan kewajiban dasar masyarakat serta membentuk dan
memodifikasiya utuk memenuhi kebutuhann dan kepentingan individu yang menjadi
anggota keluarganya.
Keluarga juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan bagi
anggotanya. Bagi pasangan suami – istri atau anggota keluarga yang telah
dewasa, keluarga berfungsi untuk mestabilkan hidup meraka, memenuhi kebutuhan
afektif, memberikan asuhan fisik dan emosional serta secara bersamaan
mengarahkan pembentukan kebribadian mereka (Minuchin, 1974;Sitelman &
Sitelman 2001). System keluarga adalah lingkup pembelajaran utama perilaku,
pikiran dan perasaaan individu.
C. Tipe Keluarga
Dalam sosiologi keluarga berbagai bentuk keluarga
digolongkan menjadi dua yaitu bentuk tradisional dan nontradisional. Berikut
ini akan disampaikan beberapa tipe keluarga, yaitu:
1. Keluarga
Tradisional
a. Nuclear Family/Keluarga inti
Suatu
rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak (kandung atau angkat),
tinggal dalam satu rumah.
b. Extended Family/Keluarga
besar
Keluarga
inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya: kakek, nenek, keponakan, paman,
bibi.
c. Dyadic
Nuclear /Keluarga tanpa anak
Suatu
rumah tangga yang terdiri suami dan istri tanpa anak.
d. Single
Parent
Suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
e. Single
Adult
Suatu
rumah tangga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa (misalnya seorang telah
dewasa kemudian tinggal di kost untuk bekerja atau kuliah).
2. Tipe
Keluarga Non Tradisional
a.
The Unmarriaedteenege Mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b.
The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c.
Commune Family
Beberapa
pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
d.
The Non Marital Heterosexsual Cohibitang Family
Keluarga
yang hidup bersama dan berganti–ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e.
Gay and Lesbian Family
Seseorang
yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana suami–istri (marital partners).
f.
Cohibitating Family
Orang
dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena beberapa alasan
tertentu.
g. Group-marriage family
Beberapa
orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa
sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual
dan membesarkan anaknya.
h. Group network family
Keluarga
inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan
satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
i.
Foster
family
Keluarga
menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara dalam waktu
sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga aslinya.
j.
Homeless
family
Keluarga
yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental.
k. Gang
Sebuah
bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam
kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
D. Teori
Struktural -
Fungsional
Keluarga
Kerangka struktural-fungsional mendefinisikan keluarga
sebagai sebuah system sosial dan oleh beberapa keluarga dianggap sebagai bentuk
paling awal dari teori system (Broderick, 1993). Isu utama ahli teori
structural-fugsional adalah seberapa baik struktur keluarga memungkinkan
keluarga untuk melaksanakan fungsinya. Kerangka cenderung menekankan gambaran
statis tentang struktur masyarakat dan mengabaikan perubahan sebagai suatu
dinamika structural. Asumsi perspektif ini mencakup:
1. Keluarga adalah suatu system sosial dengan kebutuhan
fungsi
2. Keluarga adalah suatu kelompok kecil yang memiliki
gambaran umum yang biasa ada pada semua kelompok kecil
3. Sistem sosial seperti keluarga memenuhi fungsi
melayani individu selain fungsi melayani masyarakat.
4. Individu bertindak sesuai dengan serangkaiandan nilai
terinternalisasi yang dipelajari terutama dalam keluarga melalui sosialisasi
Perspektif ini berguna untuk mengkaji keluarga
dan kesehatan. Penyakit yang dialami satu anggota keluarga menyebabkan
perubahan struktur dan fungsi keluarga. Struktur keluarga adalah pengetahuan
tentang cara keluarga mengorganisasikan subsistem yang ada pada keluarga serta
bagaimana komponen-komponen keluarga tersbut berhubungan.
Dimensi dasar struktur keluarga terdiri
dari; pola dan proses komuikasi, struktur kekuatan/kekuasaan , struktur peran,
serta struktur nilai keluarga. Keempat elemen ini memiliki interrelast dan saling bergantung satu sama lain. Struktur ini akan
dievaluasi untuk mengetahui bagaimana keluarga mampu melaksakan fungsinya.
Berikut akan diuraikan satu persatu dari struktur keluarga:
1.
Pola dan proses Komunikasi
Komunikasi
menunjuk kepada proses tukar menukar perasaan, keinginan, kebutuhan-kebutuhan,
opini-opini (McCubbin da Dahl 1985) Galvin dan Brommel (1986) mendefinisikan
komunikasi keluarga adalah suatu proses simbolik, transaksional untuk meciptaka
dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga. Komunikasi yang jelas dan
fungsional di kalangan anggota keluarga merupakan sarana yang penting dimana
melalui sarana ini perasaan penting menyangkut makna diri berkembang dan
menjadi terinternalisasi. Sebaliknya komunikasi yang tidak jelas diyakini
sebagai sebuah penyebab utama berfungsinya keluarga yang sangat memprihatinkan
(Holman,1983;Satir 1983).
Unsur atau elemen – elemen komunikasi: pengirim pesan, pesan
(message), bentuk / saluran : rute pesan, interkasi antara pengirim dan
penerima. Prinsip – prinsip komunikasi antara lain:
a. Semua perilaku adalah komunikasi
b. Bahwa komunikasi mempunyai dua
tingkat yaitu informasi (isi) dan perintah (intruksi). Isi yaitu apa yang
sebenarnya sedang dikatakan (bahasa verbal). Sedangkan intruksi adalah
menyampaikan maksud dari pesan (Goldenberg, 2000). Isi suatu pesan dapat saja
berupa pernyataan sederhana, tetapi mempunyai meta – pesan atau intruksi
bergantung pada variable seperti emosi dan alur bicara, gerakan dan posisi
tubuh serta nada suara.
c. Berhubungan dengan “pemberian tanda
baca (pungtuasi) (Watzlawick et al., 1967) atau rangkaian komunikasi” (Bateson,
1979). Komunikasi melibatkan transaksi, dan dalam pertukaran tiap respon berisi
komunikasi berikutnya, selain riwayat hubungan sebelumnya (Hartman & Laird,
1983).
d. Komunikasi diuraikan oleh Watzlick
dan rekannya (1979) terdapat dua tipe komunikasi yaitu, digital dan analogik.
Komunikasi digital adlah komunikasi verbal (bahasa isyarat) yang pada dasarnya menggunakan
kata dengan pemahaman arti yang sama. Sedangkan komunikasi analaogik yaitu idea
tau suatu hal yang dikomunikasikan, dikirim secara nonverbal dan sikap yang
representative (Hartman & Laird, 1983). Komunikasi analogik dikenal sebagai
bahasa tubuh , ekspresi tubuh, ekspresi wajah, irama dan nada kata yang
diucapkan (isyarat) berbagai manifestasi non verbal lainnya (non bahasa) yang
dapat dilakukan oleh seseorang (Watzlick et al, hal 62).
e. Diuraikan oleh kelompok yang sama
dari beberapa ahli teori komunikasi keluarga (Watzlick, Beavin, & Jackson,
1967) yang disebut prinsip redundasi (kemubadziran). Prinsip ini merupakan
dasar pengembangan penelitian keluarga yang menggunakan keterbatasan pengamatan
interaksi keluarga sehingga dapat memberikan penghayatan yang valid kedalam
pola umum komunikasi.
f. Semua interaksi komunikasi yang
simetris atau komplementer. Pola komunikasi simetris adalah perilaku pelaku
bercermin pada perilaku pelaku interkasi yang lainnya. Sedangkan komukasi
komplementer adalah perilaku seorang pelaku interaksi melengkapi perilaku
pelaku interkasi lainnya. Jika satu dari dua tipe komunikasi tersebut digunakan
secara konsisten dalam hubungan keluarga, tipe komunikasi ini mencerminkan
nilai dan peran serta anggota keluarga dan pengaturan kekuasaan keluarga
(Batson, dkk., 1963).
Komunikasi
Fungsional Dalam Keluarga
1. Pengiriman fungsional bahwa pengiriman yang berkomunikasi
secara fungsional dapat menyatakan maksudnya dengan dengan tegas dan jelas,
mengklarifikasi dan mengkualifikasi apa yang ia katakan, meminta umpan balik
dan terbuka terhadap umpan balik.
a. Menyatakan maksud dengan tegas dan
jelas. Menggunakan komunikasi yang selaras pada tingkat isi dan intruksi
(satir, 1975)
b. Intensitas dan keterbukaan
c. Mengklarifikasi dan mengkualifikasi
pesan
d. Meminta umpan balik
e. Terbuka terhadap umpan balik
2. Penerima fungsional : membuat pengkajian, maksud suatu pesan
secara akurat.
a. Mendengarkan : aktif / pasif
b. Memberikan umpan balik
c. Memberika validasi : menerima,
memahami, dan menghargai.
Komunikasi
kelurga dalam masalah kesehatan, pola temuan penelitian tentang adaptasi
keluarga terhadap penyakit kronik dan mengancam kehidupan secara konsisten
menunjukkan bahwa factor sentral dalam fungsi keluarga yang sehat adalah
terdapatnya keterbukaan, kejujuran, dan komunikasi yang jelas dalam mengatasi
pengalaman kesehatan yang menimbulkan stress serta isu terkait lainnya (Khan,
1990, Spinetta & Deasy – Spineta, 1981).
Komunikasi Keluarga Dalam Masalah
Kesehatan
Jika keluarga tidak membahas isu
penting yang dihadapi oleh masing – masing mereka, akan menyebabkan terjadinya
jarak emosi dalam hubungan keluarga, dan mengkatnya stress dalam keluarga
(Friedman, 1985; Walsh, 1998). Stres yang meningkat mempengaruhi hubungan
keluarga dan kesehatan keluarga serta anggota keluarganya (Hoffer, 1989).
2.
Struktur Kekuatan Keluarga
Kekuasaan mempunyai banyak sekali
arti, termasuk pengaruh, kontrol, dominasi dan pengambilan keputusan. Secara alamiah,
kekuasaan bersifat multidimensional, yang berarti bahwa kekuasaan
meliputi(proses) sosial
budaya, interaksi, dan komponen hasilnya (McDonald, 1980). Kekuasaan keluarga,
sebagai sebuah karakteristik dari system keluarga, adalah kemampuan, baik
potensial maupun actual dari seorang anggota individu untuk mengubah tingkah
laku anggota keluarga (Olson dan Cromwell, 1975).Komponen-komponen utama dari
kekuasaan keluarga adalah pengaruh dan pengambilan keputusan. Pembuatan
keputusan merujuk pada proses pencapaian persetujuan dan komitmen anggota
keluarga untuk melakukan serangkaian tindakan atau menjaga status quo. Dengan
kata lain, pembuatan keputusan merupakan alat untuk menyelesaikan segala
sesuatu (Scanzoni dan Szinovacs, 1980). Lewat pengambilan keputusan, kekuasaan
dimanifestasikan.
Otoritas atau wewenang adalah
istilah yang menyatakan keyakinan-keyakinan yang dianut bersama oleh anggota
keluarga,yang didasarkan secara kultur dan normatif dan yang menyatakan
seseorang anggota keluarga sebagai orang berhak mengambil keputusan dan menerima
posisi kepemimpinan. Kekuasaan dan wewenang tidak selalu sejalan. Seorang
anggota keluarga yang mempunyai kekuasaan untuk memutuskan atau bertindak tidak
dapat menerapkan kekuasaan dengan berbagai macam alasan.
Kekuasaan merupakan suatu fenomena yang
bersifat abstrak, kompleks, dan multidimensional dan tidak dapat diobservasi
secara langsung. Oleh karena itu kekuasaan harus disimpulkan dari tingkah laku
yang dapat diobservasi dan/atau laporan pribadi dari anggota keluarga,
dilakukan lewat wawancara yang diarahkan kepada tujuan. Akan tetapi yang
diobservasi oleh orang-orang luar dan apa yang dilaporkan oleh anggota keluarga
dalam hubungan dengan kekuasaan keluarga berbeda satu dengan lainnya
(Szinovacs).
Kekuasaan merupakan sebuah dimensi
dari suatu system atau subsistem keluarga, dan di dalamnya bukan suatu
karakteristik dari anggota keluargalah terpisah dari suatu system social.
Begitu pula kekuasaan keluarga dapat dikaji hanya dalam kontekssistem itu atau
subsistem tersebut, dan secara lebih spesifik lagi kekuasaan ini dikaji dalam
konteks proses sirkular interaksi keluarga. Pola – pola komunikasi
mengungkapkan peran keluarga dimensi kekuasaan. Kekuasaan keluarga dapat
dilihat dalam proses yang terjadi dalam keluarga, mulai dari tukar-menukar
rutinitas harian hingga negosiasi untuk isu-isu konfliks yang rumit, termasuk ,
misalnya; pengambilan keputusan, pemecahan masalah, penyelesaian konfliks, dan
manajement krisis. Malahan kekuasaan keluarga yang dapat diterapkan dalam
situasi – situasi berikut ini: berbagai subsistem dalam keluarga (missal:
subsistem saudara kandung, subsistem perkawinan, dan subsistem orang tua –
anak); keluarga sebagai suatu system menyeluruh (total system) dan hubungan
system keluarga dengan system social eksternal (Olson,et al. 1975). Menurut
McDonald (1980) dalam keluarga, terdapat lima unit yang berbeda – beda
yang dapat dianalisa dalam hubungannya dengan karakteristik kekuasaan mereka.
Kekuasaan – kekuasaan ini adalah kekuasaan perkawinan, kekuasaan orang tua,
kekuasaan turunan, kekuasaan saudara sekandung (sibling), dan kekuasaan
hubungan keluarga. Akan tetapi kebanyakan riset dan tulisan teoritis tentang
kekuasaan keluarga berfokus pada kekuasaan perkawinan. Raven dkk. (1975) dan
Safilios-Rothchild melakukan beberapa studi penting tentang dasar kekuasaan
keluarga dari situ didapatkan identifikasi berbagai dasar tipe kekuasaan yang
lazim diobseervasi dalam keluarga. Deskripsi singkat tentang tipe-tipe
kekuasaan tersebut sebagai berikut.
a.
Kekuasaan
Yang Sah/Legitimate Power.
Kekuasaan
yang sah kadang disebut juga wewenang primer, merujuk pada kepercayaan bersama
dan persepsi dari anggota keluarga bahwa satu orang mempunyai hak untuk
mengontrol tingkah laku dari satu anggota keluarga lain. Sebuah contohnya
adalah kontrol dominasi orang tua terhadap anak-anak. Ini merupakan wewenang
yang didasarkan atas tradisi. Di mana suami secara tradisional melakukan
kontrol terhadap seluruh keluarg, di situ terdapat pola keluarga. Jika
kekuasaan yang sah ada maka baik suami maupun istri sama-sama menerima peran
dominan suami sebagai yang “benar” dan “paling baik”, ini menunjukkan
penerimaan terhadap peran. Wewenang primer tetap memiliki dasar kuat dan dasar
tradisional bagi kekuasaan dalam banyak keluraga.
b.
Kekuasan
Yang Tidak Berdaya Atau Putus Asa.
Tipe
kekuasaan ini merupakan suatu bentuk penting dari kekuasaan sah yang didasarkan
pada hak yang diterima secara umum dari mereka yang membutuhkan atau dari
mereka yang tidak berdaya, yang mengharapkan bantuan dari mereka yang memiliki
posisi untuk memberikan bantuan tersebut. Kekusasaan yang tidak berdaya mungkin
sangat efektif dalam keluarga dimana salah satu anggotanya sakit secara kronis,
cacat, atau lansia. Seorang suami/istri atau anggota keluarga yang cacat dapat
mengontrol anggota keluarga atas dasar ketidakberdayaan atau kelemahannya. Ini
merupakan satu dasar bagi kekuasaan yang sering kali ditemukan namun sayangnya,
hal ini menimbulkan suatu situasi yang membuatnya kebutuhan anggoata keluarga
lain untuk dipenuhi secara memadai. Ketergantungan dan ketidakberdayaan anak
menimbulkan rasa tanggung jawab terhadap upaya-upaya kontrol dan pemahaman
kekuasaan yang tak berdaya.
c.
Kekuasaan
Referen/Referen Power.
Kekuasaan
yang dimiliki oleh orang-orang tertentu terhadap oarang lain karena identifikasi
positif terhadap mereka, seperti identifikasi positif dari seorang anak dengan
orang tua. Anak-anak meniru tingkah laku anggota keluarga, biasanya orang tua
merupakan orang yang menjadi model peran.
d.
Kekuasaan
Ahli dan Sumber/Expert Power.
Kekuasaan
sumber adalah tipe dasar kekuasaan yang datangya dari sumber-sumber beharga
dalam jumlah yang lebih banyak dalam suatu hubungan. Jika kekuasaan
didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengarhi atau menekan, sumber-sumber
seperti atribut-atribut tertentu, suasana, atau pemilikan dipandang sebagai
determinan utama kemampuan ini (Osmond, 1978). Misalnya, suami dominan karena
ia mengontrol uang belanja, atau istri dominan karenaia lebih praktis dan lebih
terarah pada tujuan daripada suami.
e.
Kekuasaan
Penghargaan/Reward Power.
Kekuasaan
yang terjadi karena adanya harapan bahwa orang yang berpengaruh dan dominan
akan melakukan sesuatu yang positif terhadap ketaatan seseorang. Tingkah laku
anak yang baik merupakan suatu sumber kesenangan dan kebahagiaan orang tua, dengan
demikian merupakan suatu dasar bagi kekuasaan (misal, anak sering menggunakan
tingkah laku yang baik untuk memperoleh keuntungan yang diinginkan).
f.
Kekuasaan
Dominansi/Paksaan/Coersive Power.
Kekuasaan
ini berdasarkan persepsi dan kepercayaan bahwa orang yang memiliki kekuasaan
mungkin akan menghukum dengan ancaman, paksaan, atau kekerasan dari
individu-individu lain jika mereka tidak taat. Kekuasaan yang bersifat memaksa
digunakan dengan pengambilan keputusan paksa pula (yang akan dibahas kemudian).
g.
Kekuasaan
Informasional/Informational Power.
Dasar
kekuasaan ini berasal dari isi pesan persuasive. Tipe kekuasaan ini sama dengan
kekuasaan ahli, tapi ruang lingkupnya lebih sempit. Sebuah bentuk variasi dari kekuasaan informasi langsung ini adalah kekuasaan
informasional “tidak langsung”. Kekuasaan ini terjadi jika suatu pemberian
isyarat, anjuran, dan informasi yang tidak jelas mempengaruhi seseorang untuk
bertindak tanpa indikasi persuasive yang jelas (Raven et al, 1975).
h.
Kekuasaan
Afektif/Affective Power.
Kekuasaan
yang diperoleh lewat manipulasi terhadap seorang anggota keluarga dengan
memberikan atau tidak memberikan afeksi dan kehangatan, serta seks. Sebuah
sumber afeksi dari wanita termasuk dicintai oleh pasangannya, bila dilatih,
dapat menjadi sumber kekuasaan dalam perkawinan.
i.
Kekuasaan
Manajemen Ketegangan.
Kekuasaan ini diturunkan dari kontrol dimana dicapai oleh suatu pasangan dengan mengatasi ketegangan
dan kompliks yang ada dalam keluarga dan ketidak sepakatan dalam memasukkan anggota keluarga untuk “ mengalah”
adalah contoh kekuasaan manajemen ketegangan.
Berdasar
pengaruh tersebut secara umum pemegang kekuasaan terdiri dari tiga macam yaitu:
b. Patrilokal: pemegang kekuasaan didasarkan pada
garis keturunan laki-laki.
3.
Peran Keluarga
Peran
diartikan dengan apa yang individu-individu harus lakukan dalam situasi
tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang
lain menyangkut peran-peran tersebut (Ruge, 1976 dikutip oleh Friedman, 1998).
Sehingga fungsi-fungsi keluarga dapat dicapai dengan maksimal (Turner, 1976
dikutip oleh Fridman, 1998) dengan kriteria masing-masing indivu menekankan
pentingnya kemplementaritas peran. Kapabilitas peran-peran dan norma-norma
keluarga dengan norma-norma kemasyarakatan, kehadiran peran dalam keluarga yang
memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga dan kemampuan keluarga untuk
memberikan respon terhadap perubahan melalui fleksibilitas peran (Glasser dan
Glasser 1970 Messer, 1970 dikutip oleh Friedman, 1998) serta alokasi peran
bersifat masuk akal dan tidak membebani satu anggota atau lebih peran formal.
Pembagian
peran dalam keluarga dilakukan secara merata kepada setiap anggotanya
disesuaikan dengan peran yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan tertentu,
tetapi ada juga peran lain yang tidak terlalu komplek dan dapat didelegasikan
kepada anggota keluarga yang kurang terampil atau kepada mereka yang kurang
memiliki kekuasaan.
a. Peran formal
Peran formal yang biasanya ada dalam keluarga
yaitu peran sebagai pencari nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh anak, tukang
masak, manager keuangan, sopir, dan lain-lain. Jika dalam keluarga hanya
terdapat sedikit atau bahkan tidak ada anggota keluarga yang memenuhi perannya
maka tuntutan dan kesempatan untuk menggantikan peran yang lain lebih tinggi
sehingga peran dalam keluarga tetap berfungsi (Murray dan Zentner, 1985 dikutip
oleh Friedman, 1998)
Disamping
contoh peran formal diatas, menurut (Gesas, 1976 dikutip oleh Friedman, 1998)
juga mengidentifikasi enam peran dasar sebagai suami (ayah), istri (ibu),
peran-peran tersebut adalah peran sebagai providen (penyedia) sebagai pengatur
rumah tangga, perawat anak, sosialisasi anak, rekreasi, persaudaraan
(memelihara hubunga keluarga paternal dan maternal), peran terapeutik memenuhi
kebutuhan afektif dari pasangan dan peran seksual.
b. Peran Informal
Peran
informal bersifat implicit atau tidak tampak hanya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan emosional individual (Satir, 1976 dikutip oleh Friedman,
1998) menurut Friedman (1998) peran-peran informal tersebut ada yang bersifat
adaptif dan maladaptif yaitu sebagai pendorong, pengikut, pencari pengakuan,
martir, keras hati, sahabat, kambing hitam, keluarga, penghibur, perawat
keluarga, pioner, keluarga distributor, dan orang yang tidak relevan, kordinator
keluarga, penghubung keluarga dan saksi.
Beberapa
contoh peran-peran informal yang bersifat adaptif dan yang merusak
kesejahteraan keluarga antara lain :
1) Pendorong
Pendorong,
memuji, setuju dengan dan menerima konstribusi dari orang lain. Akibatnya ia dapat
merangkul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting
dan bernilai untuk didengar.
2) Pengharmonis
Yaitu
berperan menengahi perbedaan yang terdapat antara para anggota, penghibur
menyatukan kembali perbedaan pendapat.
3) Inisiator
- kontributor
Mengemukakan
dan mengajukan ide-ide baru dan cara-cara mengingatkan masalah-masalah atau
tujuan-tujuan kelompok.
4) Pendamai
5) Penghalang
6) Dominator
Cenderung
memaksakan kekuasaan atau superioritas dengan memanipulasi anggota kelompok
tertentu dan membanggakan kekuasaannya dan bertindak
7) Penyalah
8) Pengikut
9) Pencari
nafkah
10) Martir
Tidak
menginginkan apa saja untuk dirinya, ia hanya berkorban untuk anggota keluarga.
11) Keras Hati
12) Sahabat
13) Kambing hitam keluarga
Masalah
keluarga yang telah diidentifikasi dalam keluarga, sebagai korban atau tempat
pelampiasan ketegangan dan rasa bermusuhan, baik secara jelas maupun tidak.
Kambing hitam berfungsi sebagai tempat penyaluran.
14) Penghibur
c. Konflik
peran
1) Konflik
antar peran
Adalah konflik yang terjadi jika pola-pola
perilaku atau norma-norma dari suatu peran lain yang dimainkan secara
bersama-sama oleh individu. Konflik antar peran terjadi ketika peran yang
kompleks dari seseorang individu – yaitu sekelompok peran yang ia mainkan –
termasuk sejumlah peran yang tidak seimbang. Tipe konflik ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan-ketidakseimbangan perilaku yang berkaitan dengan berbagai
peran atau dasarnya tenaga berlebihan yang dibutuhkan oleh peran-peran ini,
misal dalam kasus keluarga dimana peran sebagai siswa, penjaga rumah, memasak,
perkawinan, perawatan anak dilaksanakan sekaligus.
2) Intersender
role conflick ( konflik peran antar
pengirim )
Suatu konflik dimana di dalamnya dua orang atau
lebih memegang harapan-harapan yang konflik, menyangkut pemeranan suatu peran.
( La Rocca, 2000 ). Ilustrasi tentang tipe konflik ini adalah adanya
harapan-harapan yang berkonflik menyangkut bagaimana peran seseorang seperti
seorang peran perawat professional harus ditunjukkan. Misalnya kepala perawat
boleh jadi mengharapkan efisiensi dari suatu tindakan : pasien mungkin
mengharapkan segalanya terpusat pada pasien, berdasarkan kebutuhan-kebutuhan
yang dirasakannya, dan perawat boleh jadi mengharapkan agar dapat memberikan
perawatan individu sebagaimana yang dibatasi oleh standar profesinya.
3) Person –
role conflict
Meliputi suatu konflik antara nilai-nilai
internal individu dan nilai-nilai eksternal yang dikomunikasikan kepada pelaku
oleh orang lain, dan melemparkan pelaku ke dalam situasi yang penuh dengan
strees peran. Tipe konflik peran ini sama dengan tipe konflik peran yang kedua,
kecuali dalam hal, tidak adanya perbedaan dalam hal, tidak adanya perbedaan
harapan-harapan peran diantarannya orang-orang di luar lingkungan. Orang dapat
berfikir person - role conflict yang timbul dalam keluarga dengan anak remaja –
apabila remaja tersebut memiliki pemikiran internal menyangkut perannya sebagai
anak remaja dan sebayanya menentukan suatu peran yang sangat berbeda.
4.
Nilai
Keluarga
Nilai adalah sebuah keyakinan abadi
yang berfungsi sebagai pedoman bagi tindakan (Rokeach,1973 dikutip oleh
Friedman,1998). Sedangkan nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu
sistem ide sikap dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruan atau konsep
yang sadar maupun yang tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota
keluarga dalam suatu budaya (Darat dan Caplan,1965 dikutip oleh Friedman,1998).
Kebudayaan keluarga merupakan suatu sumber sistem nilai dan norma-norma yang
menentukan pemahaman individu sifat serta makna kehidupan.
Nilai-nilai bersifat dinamis serta
berfungsi sebagai pedoman umum bagi perilaku dalam keluarga sebagai nilai-nilai
tersebut membimbing perkembangan aturan-aturan dari keluarga (Friedman,1998)
Norma-norma merupakan pola-pola perilaku yang dianggap menjadi hak dari sebuah masyarakat tertentu,dan pola-pola perilaku semacam itu disarankan pada sistem nilai dari keluarga berbeda dengan aturan-aturan keluarga yang merupkan suatu refleksi keluarga menunjuk pola pangaturan khusus yang keluarga pertahankan yaitu tentang apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima serta diatur keluarga diatur oleh nilai-nilai yang lebih abstrak (Friedman,1988).
Norma-norma merupakan pola-pola perilaku yang dianggap menjadi hak dari sebuah masyarakat tertentu,dan pola-pola perilaku semacam itu disarankan pada sistem nilai dari keluarga berbeda dengan aturan-aturan keluarga yang merupkan suatu refleksi keluarga menunjuk pola pangaturan khusus yang keluarga pertahankan yaitu tentang apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima serta diatur keluarga diatur oleh nilai-nilai yang lebih abstrak (Friedman,1988).
2.
Fungsi
Pokok Keluarga
Terdapat beberapa fungsi pokok keluarga antara
lain, yaitu:
a.
Menurut Friedman (1998) lima fungsi dasar
keluarga adalah sebagai berikut:
1)
Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain
2)
Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan
dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah
untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah
3)
Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga
4)
Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
5)
Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi.
b.
Menurut Allender (1998) fungsi
keluarga adalah:
1) Affection
a) Menciptakan
suasana persaudaraan atau menjaga perasaan.
b) Mengembangkan
kehidupan sexual dan kebutuhan sexual.
c) Menambah
anggota baru.
2) Security
and acceptance
a) Mempertahankan
kebutuhan fisik.
b) Menerima
individu sebagai anggota.
3) Identity
and satisfaction
a) Mempertahankan
motivasi.
b) Mengembangkan
peran dan self image.
c) Mengidentifikasi
tingkat sosial dan kepuasan aktivitas.
4) Affiliation
and companionship
a) Mengembangkan
pola komunikasi.
b) Mempertahankan
hubungan yang harmonis.
5) Socialization
a) Mengenal
kultur (nilai dan perilaku).
b) Aturan
atau pedoman hubungan internal dan eksternal.
c) Melepas
anggota.
6) Controls
a) Mempertahankan
kontrol sosial.
b) Adanya
pembagian kerja.
c) Penempatan
dan menggunakan sumber daya yang ada.
c. Menurut
Setiadi (2008: 7) dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluarga sebagai berikut :
1) Fungsi
biologis.
a) Untuk
meneruskan keturunan.
b) Memelihara
dan membesarkan anak.
c) Memenuhi
kebutuhan gizi keluarga.
2) Fungsi
psikologis
a)
Memberikan
kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga.
b) Memberikan
perhatian diantara keluarga.
c)
Memberikan
kedewasaan kepribadian anggota keluarga.
d) Memberikan
identitas keluarga.
3) Fungsi
sosialisasi
a) Membina
sosialisasi pada anak.
b)
Membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing.
c) Meneruskan
nilai-nilai budaya
4) Fungsi
ekonomi
a) Mencari
sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan di keluarga.
b) Menabung
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.
5) Fungsi
pendidikan
a) Menyekolahkan
anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak yang
sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
b) Mempersiapkan
anak untuk kehidupan yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang
dewasa.
c) Mendidik
anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
3.
Tugas
Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Menurut Friedman (1981),
membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:
a. Mengenal
masalah kesehatan.
Perubahan sekecil apapun yang dialami setiap
anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab
keluarga.
b. Mengambil
keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama
untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan
tindakan yang tepat untuk keluarga.
c. Memberikan
perawatan anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan
atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e. Mempertahankan
hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat.
E. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap
perkembangan keluarga diterangkan oleh beberapa ahli antara lain:
1. Duvall
(1985)
a)
Keluarga
baru menikah
Pasangan baru menikah dan belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah:
1) Membina
hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan
tujuan bersama.
3) Mendiskusikan
rencana memiliki anak
Masalah
kesehatan utama adalah penyelesaian seksual dan peran perkawinan, penyuluhan
dan konseling, pre natal dan komunikasi, keluarga informasi sering
mengakibatkan masalah-masalah emosional dan seksual, ketakutan, rasa bersalah,
kehamilan yang tidak direncanakan dan penyakit kelamin baik sebelum maupun
sesudah perkawinan.
b) Keluarga dengan anak baru lahir
Tugas
perkembangan keluarga tahap ini adalah:
a) Mempersiapkan
menjadi orang tua
b) Adaptasi
perubahan anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan, seksual, dan kegiatan.
c) Mempertahankan
hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.
Masalah
kesehatan utama keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternasi yang
berpusat pada keluarga, perawat bayi yang baik, pengenalan dan pegangan
masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling perkembangan
anak keluarga berencana, interaksi keluarga dan bidang-bidang peningkatan
kesehatan umum (gaya hidup). Pada tahap kedua ini, peran perawat memberikan
konseling dan demonstrasi pada keluarga tentang kebutuhan nutrisi anak.
c)
Keluarga
dengan anak pra sekolah
Tahap
ini dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak
berusia 5 tahun. Keluarga mungkin terdiri 3 hingga 5 orang dengan pasti suami /
ayah, istri / ibu, anak laki-laki saudara, anak perempuan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah:
1) Pemenuhan
kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu
anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi
dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.
4) Mempertahankan
hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5) Pembagian
waktu, individu, pasangan dan anak.
6) Pembagian
tanggung jawab anggota keluarga.
7) Merencanakan
kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.
Karena
daya tahan spesifik terhadap banyaknya bakteri dan penyakit virus, serta
paparan yang mengikat, anak-anak pra sekolah sering menderita sakit dengan satu
penyakit infeksi primer secara bergantian. Jadi kontak anak dengan penyakit
infeksi dan menular serta kerentanan umum merreka terhadap penyakit merupakan
masalah-masalah utama.
Masalah
kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit menular yang umum pada anak
dan jatuh, luka bakar, keracunan, serta kecelakaan-kecelakaan lain yang penting
adalah persaingan diantara kakak dan adik, keluarga berencana, kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan. Masalah pengasuh anak seperti pembatasan
lingkungan (disiplin), penganiayaan dan menelantarkan anak keamanan dirumah dan
masalah komunikasi keluarga (Friedman, 1988).
Tugas perawat dalam tahap ini adalah
memberikan pengetahuan pada keluarga terhadap anak usia pra sekolah, memberikan
penyuluhan tentang tumbuha kembang anak dan memotifasi keluarga agar
memperhatikan kesehatan anak.
d) Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun
dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a) Membantu
sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan yang
lebih luas.
b) Mempertahankan
keintiman pasangan.
c) Memenuhi
kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota
keluarga.
Akibat
perkembangan anak meluas, pengaruh keluarga berubah, orang tua tidak lagi
dipandang sebagai hal pokok, tahu segalanya. Anak dan khususnya remaja, belajar
bahwa orang tua adalah manusia biasa yang kadang nilai orang tua dan ide-idenya
dipertanyakan, serta konflik lebih tinggi antara anak dengan orang tua.
Meskipun terjadi konfrontasi bagaimanapun anak masih membutuhkan kasih sayang
dan dorongan orang tua, dimana nilai-nilai orang tua, ide-ide dan
harapan-harapan akan membantu remaja membentuk diri mereka sendiri (Friedman
1998)
Masalah
Kesehatan, menurut Stanhope dan Lancaster (1998) dikutip oleh Friedman (1998)
penyebab angka kematian anak sekolah: :
1. Kecelakaan dan injury : penyebab utama kematian pada anak usia sekolah yaitu : kecelakaan kendaraan bermotor, skate board, sepeda.
2. Kanker, anak usi 1-4 tahun sering terkena kanker terutama leukemia, tindakan yang dilakukan adalah pemeriksaan dini riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
1. Kecelakaan dan injury : penyebab utama kematian pada anak usia sekolah yaitu : kecelakaan kendaraan bermotor, skate board, sepeda.
2. Kanker, anak usi 1-4 tahun sering terkena kanker terutama leukemia, tindakan yang dilakukan adalah pemeriksaan dini riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
3.Bunuh diri, anak yang bunuh diri
biasanya berada dalam lingkungan social yang buruk dan mempunyai masalah dalam
keluarga, serta gangguan psikiatrik.
Peran perawat dalam tahap ini adalah memotivasi keluarga untuk selalu memperhatikan kegiatan anak baik didalam maupun diluar rumah.
e)
Keluarga
dengan anak remaja
Tahap keluarga dengan anak remaja diawali pada saat anak
pertama berusia 13 tahun, tahap ini akan berlangsung 6 himgga 7 tahun, meskipun
tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau
jika anak masih tinggal dirumah sampai berusia 19 atau 20 tahun (Duval,1 977
dikutp oleh Friedman, 1998)
Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a) Memberikan
kebebasan yang seimbang dan bertanggungjawab mengingat remaja adalah seseorang
yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi.
b) Memelihara
komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.
c) Mempertahankan
hubungan intim dalam keluarga.
d) Mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan
tumbuh kembang anggota keluarga.
f)
Keluarga
mulai melepas anak sebagai dewasa
Permulaan dari fase khidupan keluarga ini ditandai dengan
anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong”
ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini agak singkat atau panjang,
tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak
yang belum menikah yang masih tinggal setelah tamat sekolah.
Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah:
a) Memperluas
keluarga inti menjadi keluarga besar.
b) Mempertahankan
keintiman pasangan.
c) Membantu
anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
d) Penataan
kembali peran orangtua dan kegiatan di rumah.
Masalah
utama kesehatan utama meliputi masalah komunikasi kaum dewasa muda dengan orang
tua mereka, masalah transisi peran bagi suami istri, masalah orang yang
memberikan perawatan (bagi orang tua usia lanjut) dan munculnya kondisi
kesehatan kronis atau faktor-faktor yang berpengaruh seperti tingkat kolesterol
tinggi, obesitas dan hipertensi.
g)
Keluarga
usia pertengahan
Orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu
pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun
sampai kurang lebih 16-18 tahun kemudian.
Tugas perkembangan keluarga
pada saat ini adalah:
a) Mempertahankan
kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.
b) Mempertahankan
hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya
c) Meningkatkan
keakraban pasangan
Masalah Kesehatan
1. Kebutuhan promosi kesehatan,
istirahat yang cukup, kegiatan waktu luang dan tidur, nutreisi yang baik,
program olah raga yang teratur, pengurangan berat badan hingga berat badan yang
optimum, berhenti merokok, berhenti / menghentikan penggunaan alcohol,
pemeriksaan skrinning kesehatan preventive.
2. Masalah-masalah hubungan perkawinan
3. Komunikasi dan hubungan anak-anak,
ipar, cucu, dan orang tua yang berusia lanjut.
4. Masalah yang berhubungan dengan
perawatan : membantu perawatan orang tua yang lanjut usia yang tidak mampu
merawat diri
h)
Keluarga
usia tua
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini
adalah:
a) Mempertahankan
suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya
b) Adaptasi
dengan perubahan yang akan terjadi: kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan
penghasilan keluarga.
c) Mempertahankan
keakraban pasangan dan saling merawat.
d) Melakukan
file review masa lalu.
Masalah Kesehatan: faktor-faktor
seperti munculnya fungsi dan kekuatan fisik sumber-sumber financial yang tidak
memadai, isolasi sosial, dan banyak kehilangan lainnya yang dialami lansia
menunjukkan ketentraman psikologi (Kelley et al, 1997 dikutip oleh Friedman
1998), oleh karena itu terdapat masalah-masalah kesehatan yang bersifat
multiple. Peran perawat pada tahap ini diantaranyan memberikan konseling pada
keluarga tentang persiapan pelepasan orang yang dicintai.
2. Carter
& Mc Goldrick (1989), mengolongkan
tugas
perkembangan keluarga dalam enam tahap
perkembangan, yaitu:
1) Keluarga
antara masa bebas (pacaran) dengan usia dewasa muda.
2) Terbentuknya
keluarga baru melalui suatu perkawinan.
3) Keluarga
dengan memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai usia sekolah).
4) Keluarga
yang memiliki anak dewasa.
5) Keluarga
yang mulai melepas anaknya untuk keluar rumah.
6) Keluarga
lansia.
F. Keluarga Sebagai Suatu Sistem
Keluarga
merupakan unit pelayanan dasar di masyarakat dan juga merupakan perawat utama
dalam anggota keluarga. Keluarga akan berperan banyak terutama dalam menentukan
cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga. Sebagai suatu sistem akan terjadi
saling interaksi, interelasi dan interdependensi antar sub-sub sistem di dalam
keluarga. Dengan kata lain salah satu anggota keluarga mengalami gangguan, maka
sistem keluarga secara keseluruhan akan terganggu.
Sistem adalah
kumpulan dari beberapa fungsional yang saling berhubungan dan tergantung satu
dengan yang lain dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Alasan
keluarga disebut sistem
1. Keluarga
mempunyai sub sistem yaitu : anggota, fungsi, peran, aturan, budaya dan lainnya
yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan keluarga.
2. Terdapat
saling berhubungan dan ketergantungan antar sub sistem.
3. Merupakan
unit ( bagian ) terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhi supra sistemnya.
Keluarga
merupakan sistem sosial karena terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang
mempunyai peran sosial yang berbeda dengan ciri saling berhubungan dan saling
tergantung antar individu. Seperti pada umumnya suatu sistem, keluarga juga
mempunyai komponen-komponen sistem.
Karakteristik
keluarga sebagai sistem
Pola
komunikasi keluarga
1. Sistem
terbuka
a. Langsung,
jelas, spesifik, tulus, jujur, tanpa hambatan.
b. Hasil
musyawarah, tidak tertinggal jaman, berubah sesuai kebutuhan keluarga, bebas
mengeluarkan pendapat.
c. Sesuai
dengan kemampuan keluarga, memiliki kesiapan, mampu berkembang sesuai kondisi,
harga diri, percaya diri, mengikat dan mampu mengembangkan dirinya.
2. Sistem
tertutup
a. Tidak
langsung, tidak jelas, tidak spesifik, tidak selaras, sering menyalahkan,
kacau, dan membingungkan.
b. Ditentukan
tanpa musyawarah, tidak sesuai perkembangan, mengikat, tidak sesuai kebutuhan
dan pendapat terbatas.
c. Memiliki
sikap melawan, kacau, tidak siap ( selalu tergantung ), tidak berkembang, harga
diri, kurang percaya diri, ragu-ragu dan kurang dukungan untuk mengembangkan
diri.
Keluarga
sebagai unit pelayanan yang dirawat karena keluarga dijadikan sebagai unit
pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling
mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula
keluarga-keluarga yang lain disekitar atau masyarakat secara keseluruhan.
Alasan
keluarga sebagai pelayanan
a. Keluarga
merupakan bagian dari masyarakat yang dapat dijadikan gambaran dari manusia.
b. Perilaku
keluarga dapat menimbulkan masalah kesehatan, tetapi dapat juga mencegah
masalah-masalah kesehatan dan menjadi
sumber daya pencegah masalah kesehatan.
c. Masalah kesehatan
di dalam keluarga akan saling mempengaruhi terhadap individu dalam keluarga.
d. Keluarga
merupakan lingkungan yang serasi untuk mengembangkan potensi tiap individu
dalam keluarga.
e. Keluarga
merupakan pengambil keputusan dalam mengatasi masalah.
f. Keluarga
merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan dan mengembangkan kesehatan
kepada masyarakat.
G. Keluarga Sejahtera
1.
Pengertian
Keluarga sejahtera adalah yang dibentuk
atas dasar perkawinan yang syah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
material yang layak. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa memiliki hubungan
serasi, selaras, dan seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan.
Tujuan:
a. Meningkatkan
pengetahuan keluarga tentang masalah yang dihadapi.
b. Meningkatkan
kemampuan keluarga dalam menganalisa potensi dan peluang yang dimilikinya.
c. Meningkatkan
kemauan masyarakat dalam memecahkan masalahnya secara mandiri.
d. Meningkatkan
gotong royong dan kesetiakawanan sosial dalam membantu keluarga khususnya
keluarga prasejahtera untuk meningkatkan kesejahteraannya.
2. Tahapan
keluarga sejahtera
Keluarga
terdiri dari beberapa tahapan yang digunakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan pada keluarga dan berikut penulis kemukakan :
a. Keluarga
pra sejahtera
Yaitu
keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, yaitu
kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesejahteraan atau
keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan salah satu atau lebih indikator
keluarga sejahtera tahap I.
b. Keluarga
sejahtera tahap I
Yaitu keluarga yang sudah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial
psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, keluarga berencana ( KB ), interaksi
dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
Pada keluarga sejahtera I kebutuhan dasar I sampai dengan 5 telah terpenuhi
yaitu :
1. Melaksanakan
ibadah menurut agamanya oleh masing-masing anggota keluarga.
2. Pada
umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali atau lebih.
3. Seluruh
anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda untuk aktifitas di rumah,
bekerja, sekolah, dan bepergian.
4. Lantai
rumah bukan dari tanah.
5. Bila
anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sarana kesehatan.
c. Keluarga
sejahtera tahap II
Adalah keluarga-keluarga yang
disamping telah memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal serta telah dapat
memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi. Pada
keluarga sejahtera II, kebutuhan fisik atau kebutuhan psikologis telah
terpenuhi. Indikatornya adalah sebagai berikut :
1. Anggota
keluarga melakukan ibadah secara teratur.
2. Makan
dua kali sehari atau lebih.
3. Pakaian
yang berbeda untuk berbagai keperluan.
4. Lantai
rumah bukan dari tanah.
5. Kesehatan
anak sakit dan pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sarana kesehatan atau
petugas kesehatan.
6. Anggota
keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama masing-masing.
7. Paling
kurang sekali seminggu, keluarga menyediakan daging/ikan/telur.
8. Seluruh
anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun.
9. Luas lantai rumah paling kurang 8 m¬2 untuk setiap
penghuni rumah.
10.
Seluruh anggota dalam 3 bulan
terakhir dalam keadaan sehat sehingga dapat melaksanakan fungsi masing-masing.
11.
Paling kurang satu anggota
keluarga 15 tahun ke atas berpenghasilan tetap.
12.
Seluruh anggota keluarga yang
berusia 10 - 60 tahun bisa baca tulisan huruf latin
13.
Anak usia sekolah 7-15 tahun
bersekolah pada saat dini.
14.
Anak hidup dua atau lebih,
keluarga yang masih pasangan usia subur memakai alat kontrasepsi ( kecuali
sedang hamil ).
d. Keluarga
sejahtera tahap III
Yaitu keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan
keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal
terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk : material
dan keuangan untuk sosial kemasyarakatan dan juga berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan. Pada keluarga sejahtera III, kebutuhan fisik, sosial
psikologis, dan pengembangan telah terpenuhi namun kepedulian sosial belum
terpenuhi. Indikatornya adalah indikator pada keluarga sejahtera tahap II
ditambah :
1. Mempunyai
upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
2. Sebagian
dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
3. Biasanya
makan bersama paling kurang sehari sekali dan kesempatan itu dapat dimanfaatkan
untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
4. Ikut
serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
5. Mengadakan
rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali dalam 6 bulan.
6. Dapat
memperoleh berita dari surat kabar / radio / TV / majalah.
7. Anggota
keluarga mampu menggunakan sarana transportasi sesuai kondisi daerah.
e. Keluarga
Sejahtera tahap III Plus
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangannya telah
terpenuhi serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi pada masyarakat.
Indikator pada keluarga sejahtera tahap II, ditambah :
Secara
teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi
kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil.
Kepala
keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan / yayasan /
institusi masyarakat.
RANGKUMAN
1.
Keluarga
adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan atau adopsi,
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran dan menciptakan
serta mempertahankan suatau budaya.
2.
Tujuan
dasar keluarga: memenuhi kebutuhan masyarakat dan kebutuhan individu yang
menjadi bagian dari keluarga.
3.
Tipe
keluaga tradisional
terdiri dari: nuclear family, extended
family, dyadic nuclear, single
parent, single
adult.
4.
Tipe
keluarga non tradisional: the unmarriaedteenege mather, the stepparent family, commune family, the non marital heterosexsual
cohibitang family, gay and
lesbian family, cohibitating
family, group-marriage family, group network family, foster family, homeless
family, gang.
5.
Dimensi dasar struktur keluarga terdiri dari: pola dan proses komuikasi, struktur
kekuatan/kekuasaan, struktur peran, serta struktur nilai keluarga.
6.
Fungsi
dasar keluarga adalah: fungsi
afektif, fungsi
sosialisasi , fungsi
reproduksi, fungsi
ekonomi, fungsi
perawatan kesehatan.
7.
Tugas
keluarga dalam bidang kesehatan yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan yang
tepat, memberikan
perawatan anggota keluarga yang sakit , mempertahankan
atau menciptakan suasana rumah yang sehat, mempertahankan hubungan dengan (menggunakan)
fasilitas kesehatan masyarakat.
8.
Tahap
perkembangan keluarga
terdiri dari: keluarga baru menikah, keluarga anak baru lahir, keluarga
prasekolah, keluarga anak sekolah, keluarga remaja, keluarga usia dewasa muda,
keluarga usia pertengahan, keluarga usia lanjut.
9.
Karakteristik keluarga sebagai sistem terbuka: 1) Langsung, jelas, spesifik, tulus, jujur, tanpa
hambatan, 2) Hasil
musyawarah, tidak tertinggal jaman, berubah sesuai kebutuhan keluarga, bebas
mengeluarkan pendapat, 3) Sesuai
dengan kemampuan keluarga, memiliki kesiapan, mampu berkembang sesuai kondisi,
harga diri, percaya diri, mengikat dan mampu mengembangkan dirinya.
10. Karakteristik keluarga sebagai sistem
tertutup: 1) Tidak
langsung, tidak jelas, tidak spesifik, tidak selaras, sering menyalahkan,
kacau, dan membingungkan. 2) Ditentukan
tanpa musyawarah, tidak sesuai perkembangan, mengikat, tidak sesuai kebutuhan
dan pendapat terbatas, 3)
Memiliki sikap melawan, kacau, tidak siap (selalu tergantung), tidak
berkembang, harga diri, kurang percaya diri, ragu-ragu dan kurang dukungan
untuk mengembangkan diri.
11. Alasan
keluarga sebagai pelayanan yang
dirawat: keluarga merupakan bagian dari masyarakat, perilaku keluarga dapat menimbulkan dan mencegah masalah kesehatan, masalah kesehatan di dalam keluarga saling mempengaruhi terhadap individu dalam
keluarga, keluarga
merupakan lingkungan yang serasi untuk mengembangkan potensi tiap individu
dalam keluarga, keluarga
merupakan pengambil keputusan dalam mengatasi masalah, keluarga merupakan saluran yang efektif dalam
menyalurkan dan mengembangkan kesehatan kepada masyarakat.
12. Keluarga
sejahtera adalah keluarga yang
dibentuk atas dasar perkawinan yang syah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan material yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang
antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
13. Tahapan keluarga sejahtera: keluarga pra sejahtera,
keluarga sejahtera tahap I, keluarga sejahtera tahap II, keluarga sejahtera
tahap III, keluarga tahap III plus.
LATIHAN
SOAL
1.
Keluarga
yang terdiri dari keluarga inti ditambah kelurga lain seperti paman, bibi,
kakek, nenek termasuk tipe keluarga apa ?
2.
Sekumpulan orang dengan
ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional,
serta social dari setiap anggota keluarga. Siapakah yang menyampaikan
pengertian keluarga tersebut ?
3.
Sebutkan
lima tugas kesehatan keluarga menurut Friedman secara urut ?
4.
Apa
saja tugas perawat dalam tahap perkembangan dengan anak usia pra sekolah ?
- Keluarga
yang telah dapat memenuhi seluruh seluruh kebutuhan dasar, sosial
psikologis dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yg
maksimal terhadap masyarakat secara teratur merupakan indikator keluarga ?
- Keluarga Tn. Agus menpunyai seorang anak 3 tahun.
Saat ini ibunya sering mengajak anaknya ke rumah saudara dan tetangganya.
Anaknya diajari untuk berkenalan dan menyapa orang yang dijumpaii.
Berkaitan dengan hal tersebut keluarga melaksanakan fungsi keluarga apa ?
- Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari
kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan, merupakan tahapan perkembangan keluarga ?
- Keluarga yang berperan menengahi perbedaan yang
terdapat diantara para anggota penghibur menyatukan kembali perbedaan
pendapat, merupakan peran informal keluarga ?.
- Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi , dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah termasuk dalam struktur keluarga apa ?
- Ny. Nita bekerja di sebuah perusahaan, beliau saat
ini melanjutkan studi di universitas Andalas pada hari jumat dan sabtu
sepulang dari bekerja, Setiap hari Ny. Nita masih menjalankan kewajiban
sebagai ibu rumah tangga. Ny. Nita kadang-kadang merasa galau. Dalam hal ini Ny. Nita mengalamikonflik
peran keluarga apa ?
togel online
BalasHapus.
POIN4D ADALAH SALAH SATU SITUS / BANDAR TOGEL ONLINE YANG AMAN DAN TERPERCAYA!
BERGABUNG DAN BERMAIN DI POIN4D , ANDA BISA RASAKAN KEPUASAN DAN KENYAMANAAN NYA!
RAIH DISCOUNT & PROMONYA SEKARANG JUGA!!! BURUAN DAFTAR KUNJUNGI SITUSNYA DISINI LINK :
www•4DPOIN•com | www•4DPOIN•org | www•4DPOIN•net
➖6 PASARAN TOGEL➖
📽️ LIVE DD48 DINDONG
☑ SYDNEY POOLS
☑ RAJA AMPAT POOLS
☑ SINGAPORE POOLS
☑ BALI POOLS
☑ IBIZA POOLS
☑ HONGKONG POOLS
➖➖HADIAH & DISCOUNT➖➖
⇲ LIVE DINDONG 48 BALL
⇲ BONUS CASHBACK UP 5%
⇲ BONUS PRIZE 2 & PRIZE 3
⇲ BONUS NEW MEMBER 10RB
⇲ BONUS REFFERAL 2%
⇲ BONUS LUCKY DRAW JP500RB
⇲ BBFS READY !
Melayani support bank : BCA | MANDIRI | BNI | BRI
Info Lebih lanjut silahkan Kunjungi website Kami
Bertanya kepada CS yang bertugas ...
➖➖KONSULTASI➖➖
★Pin BBM2 : D1A279B6
★Whatsapp : +85598291698
★Facebook : OfficialPOIN4D
★IDLine : POIN4D
🔘 KEPUASAN ANDA TUJUAN UTAMA KAMI!!!