Senin, 16 Mei 2016

KONSEP KELUARGA


BAB 2
KONSEP DASAR  KELUARGA

Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1.      Menjelaskan pengertian keluarga
2.      Menjelaskan tujuan dasar keluarga
3.      Menjelaskan tipe keluarga
4.      Menjelaskan struktural – fungsional keluarga
5.      Menjelaskan tahap perkembangan keluarga
6.      Menjelaskan teori system keluarga
7.      Menjelaskan konsep keluarga sejahtera

A.  Pengertian  Keluarga
Keluarga didefinisikan dalam berbagai hal, perbedaan dalam definisi keluarga tergantung pada orientasi teoritis yang digunakan oleh pendefinisi. Berikut ini akan dikemukakan pengertian keluarga menurut beberapa ahli:
1.      Bailon dan Maglaya (1978)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing, dan menciptakan serta mempertahankan suatau budaya.
2.      WHO (1969)
Keluarga adalah sekumpulan anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
3.      Reisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing–masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek, dan nenek.
4.      Duvall dan Logan (1986)
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga.
5.      Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks denga atribut yang memiliki, tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing- masing mempunyai sebagaimana individu miliki.
6.      Spredley dan Allender (1996)
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam interaksi sosial, peran dan tugas.
7.      BKKBN tahun 1992
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami – istri atau suami – istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah:
a.       Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi.
b.      Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
c.       Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing–masing mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, adik.
d.      Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya. meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

Dengan menggabungkan pernyataan tersebut keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga.

B.     Tujuan Dasar Keluarga
Keluarga membentuk unit dasar dalam masyarakat, keluarga merupakan lembaga sosial yang memiliki pengaruh paling besar terhadap anggotanya. Unit dasar ini  sangat mempengaruhi perkembangan seorang individu, sehingga dapat menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan hidup seseorang. Tujuan dasar keluarga bersifat ganda, yaitu: (1) memenuhi kebutuhan masyarakat, yang meliputi keluarga sebagai bagiannya (2) memenuhi kebutuhan individu yang menjadi bagian dari keluarga. Fungsi-fungsi ini merupakan sifat dasar bagi adaptasi manusia, tidak dapat dipenuhi secara terpisah. Kedua fungsi ini harud ada di dalam keluarga.
Bagi masyarakat, keluarga melalui fungsi reproduksi dan sosialisasi anggota baru, berfungsi untuk memenuhi kebutuhan vital. Keluarga membentuk suatu kelompok individu yang diperlukan oleh masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh, membentuk sebuah jaringan system kekerabatan yang membantu menstabilkan masyarkat, baik dalam masyarakat industry sekalipun, menghasilkann anggota baru guna menjamin kelangsungan hidup komunitas dan menyediakan “calon anggota” baru untuk masyarakat dengan menyiapkan anak-anak ,mengemban peran produktif dalam masyarakat (Cherlin,1996).
Keluarga berfungsi sebagai variabel penengah antara masyarakat dan individu, dengan kata lain tujuan dasar keluarga adalah sebagai perantara, memkul harapan dan kewajiban dasar masyarakat serta membentuk dan memodifikasiya utuk memenuhi kebutuhann dan kepentingan individu yang menjadi anggota keluarganya.
Keluarga juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan bagi anggotanya. Bagi pasangan suami – istri atau anggota keluarga yang telah dewasa, keluarga berfungsi untuk mestabilkan hidup meraka, memenuhi kebutuhan afektif, memberikan asuhan fisik dan emosional serta secara bersamaan mengarahkan pembentukan kebribadian mereka (Minuchin, 1974;Sitelman & Sitelman 2001). System keluarga adalah lingkup pembelajaran utama perilaku, pikiran dan perasaaan individu.
C.    Tipe Keluarga
Dalam sosiologi keluarga berbagai bentuk keluarga digolongkan menjadi dua yaitu bentuk tradisional dan nontradisional. Berikut ini akan disampaikan beberapa tipe keluarga, yaitu:
1.      Keluarga Tradisional
a.       Nuclear Family/Keluarga inti
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak (kandung atau angkat), tinggal dalam satu rumah.
b.      Extended Family/Keluarga besar
Keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah,  misalnya: kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.
c.       Dyadic Nuclear /Keluarga tanpa anak
Suatu rumah tangga yang terdiri suami dan istri tanpa anak.
d.      Single Parent
Suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
e.       Single Adult
Suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa (misalnya seorang telah dewasa kemudian tinggal di kost untuk bekerja atau kuliah).
2.      Tipe Keluarga Non Tradisional
a.       The Unmarriaedteenege Mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b.      The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c.       Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
d.      The Non Marital Heterosexsual Cohibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti–ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e.       Gay and Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami–istri (marital partners).
f.       Cohibitating Family
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g.      Group-marriage family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h.      Group network family
Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
i.        Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
j.        Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k.      Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

D.    Teori Struktural - Fungsional Keluarga
Kerangka struktural-fungsional mendefinisikan keluarga sebagai sebuah system sosial dan oleh beberapa keluarga dianggap sebagai bentuk paling awal dari teori system (Broderick, 1993). Isu utama ahli teori structural-fugsional adalah seberapa baik struktur keluarga memungkinkan keluarga untuk melaksanakan fungsinya. Kerangka cenderung menekankan gambaran statis tentang struktur masyarakat dan mengabaikan perubahan sebagai suatu dinamika structural. Asumsi perspektif ini mencakup:
1.      Keluarga adalah suatu system sosial dengan kebutuhan fungsi
2.      Keluarga adalah suatu kelompok kecil yang memiliki gambaran umum yang biasa ada pada semua kelompok kecil
3.      Sistem sosial seperti keluarga memenuhi fungsi melayani individu selain fungsi melayani masyarakat.
4.      Individu bertindak sesuai dengan serangkaiandan nilai terinternalisasi yang dipelajari terutama dalam keluarga melalui sosialisasi

Perspektif ini berguna untuk mengkaji keluarga dan kesehatan. Penyakit yang dialami satu anggota keluarga menyebabkan perubahan struktur dan fungsi keluarga. Struktur keluarga adalah pengetahuan tentang cara keluarga mengorganisasikan subsistem yang ada pada keluarga serta bagaimana komponen-komponen keluarga tersbut berhubungan.
     Dimensi dasar struktur keluarga terdiri dari; pola dan proses komuikasi, struktur kekuatan/kekuasaan , struktur peran, serta struktur nilai keluarga. Keempat elemen ini memiliki interrelast dan saling bergantung satu sama lain. Struktur ini akan dievaluasi untuk mengetahui bagaimana keluarga mampu melaksakan fungsinya. Berikut akan diuraikan satu persatu dari struktur keluarga:
1.      Pola dan proses Komunikasi
Komunikasi menunjuk kepada proses tukar menukar perasaan, keinginan, kebutuhan-kebutuhan, opini-opini (McCubbin da Dahl 1985) Galvin dan Brommel (1986) mendefinisikan komunikasi keluarga adalah suatu proses simbolik, transaksional untuk meciptaka dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga. Komunikasi yang jelas dan fungsional di kalangan anggota keluarga merupakan sarana yang penting dimana melalui sarana ini perasaan penting menyangkut makna diri berkembang dan menjadi terinternalisasi. Sebaliknya komunikasi yang tidak jelas diyakini sebagai sebuah penyebab utama berfungsinya keluarga yang sangat memprihatinkan (Holman,1983;Satir 1983).
Unsur atau elemen – elemen komunikasi: pengirim pesan, pesan (message), bentuk / saluran : rute pesan, interkasi antara pengirim dan penerima. Prinsip – prinsip komunikasi antara lain:
a.       Semua perilaku adalah komunikasi
b.      Bahwa komunikasi mempunyai dua tingkat yaitu informasi (isi) dan perintah (intruksi). Isi yaitu apa yang sebenarnya sedang dikatakan (bahasa verbal). Sedangkan intruksi adalah menyampaikan maksud dari pesan (Goldenberg, 2000). Isi suatu pesan dapat saja berupa pernyataan sederhana, tetapi mempunyai meta – pesan atau intruksi bergantung pada variable seperti emosi dan alur bicara, gerakan dan posisi tubuh serta nada suara.
c.       Berhubungan dengan “pemberian tanda baca (pungtuasi) (Watzlawick et al., 1967) atau rangkaian komunikasi” (Bateson, 1979). Komunikasi melibatkan transaksi, dan dalam pertukaran tiap respon berisi komunikasi berikutnya, selain riwayat hubungan sebelumnya (Hartman & Laird, 1983).
d.      Komunikasi diuraikan oleh Watzlick dan rekannya (1979) terdapat dua tipe komunikasi yaitu, digital dan analogik. Komunikasi digital adlah komunikasi verbal (bahasa isyarat) yang pada dasarnya menggunakan kata dengan pemahaman arti yang sama. Sedangkan komunikasi analaogik yaitu idea tau suatu hal yang dikomunikasikan, dikirim secara nonverbal dan sikap yang representative (Hartman & Laird, 1983). Komunikasi analogik dikenal sebagai bahasa tubuh , ekspresi tubuh, ekspresi wajah, irama dan nada kata yang diucapkan (isyarat) berbagai manifestasi non verbal lainnya (non bahasa) yang dapat dilakukan oleh seseorang (Watzlick et al, hal 62).
e.       Diuraikan oleh kelompok yang sama dari beberapa ahli teori komunikasi keluarga (Watzlick, Beavin, & Jackson, 1967) yang disebut prinsip redundasi (kemubadziran). Prinsip ini merupakan dasar pengembangan penelitian keluarga yang menggunakan keterbatasan pengamatan interaksi keluarga sehingga dapat memberikan penghayatan yang valid kedalam pola umum komunikasi.
f.       Semua interaksi komunikasi yang simetris atau komplementer. Pola komunikasi simetris adalah perilaku pelaku bercermin pada perilaku pelaku interkasi yang lainnya. Sedangkan komukasi komplementer adalah perilaku seorang pelaku interaksi melengkapi perilaku pelaku interkasi lainnya. Jika satu dari dua tipe komunikasi tersebut digunakan secara konsisten dalam hubungan keluarga, tipe komunikasi ini mencerminkan nilai dan peran serta anggota keluarga dan pengaturan kekuasaan keluarga (Batson, dkk., 1963).

Komunikasi Fungsional Dalam Keluarga
1.   Pengiriman fungsional bahwa pengiriman yang berkomunikasi secara fungsional dapat menyatakan maksudnya dengan dengan tegas dan jelas, mengklarifikasi dan mengkualifikasi apa yang ia katakan, meminta umpan balik dan terbuka terhadap umpan balik.
a.   Menyatakan maksud dengan tegas dan jelas. Menggunakan komunikasi yang selaras pada tingkat isi dan intruksi (satir, 1975)
b.   Intensitas dan keterbukaan
c.   Mengklarifikasi dan mengkualifikasi pesan
d.   Meminta umpan balik
e.    Terbuka terhadap umpan balik
2.    Penerima fungsional : membuat pengkajian, maksud suatu pesan secara akurat.
a.    Mendengarkan : aktif / pasif
b.    Memberikan umpan balik
c.    Memberika validasi : menerima, memahami, dan menghargai.

Komunikasi kelurga dalam masalah kesehatan, pola temuan penelitian tentang adaptasi keluarga terhadap penyakit kronik dan mengancam kehidupan secara konsisten menunjukkan bahwa factor sentral dalam fungsi keluarga yang sehat adalah terdapatnya keterbukaan, kejujuran, dan komunikasi yang jelas dalam mengatasi pengalaman kesehatan yang menimbulkan stress serta isu terkait lainnya (Khan, 1990, Spinetta & Deasy – Spineta, 1981).

Komunikasi Keluarga Dalam Masalah Kesehatan
Jika keluarga tidak membahas isu penting yang dihadapi oleh masing – masing mereka, akan menyebabkan terjadinya jarak emosi dalam hubungan keluarga, dan mengkatnya stress dalam keluarga (Friedman, 1985; Walsh, 1998). Stres yang meningkat mempengaruhi hubungan keluarga dan kesehatan keluarga serta anggota keluarganya (Hoffer, 1989).

2.      Struktur Kekuatan Keluarga
Kekuasaan mempunyai banyak sekali arti, termasuk pengaruh, kontrol, dominasi dan pengambilan keputusan. Secara alamiah, kekuasaan bersifat multidimensional, yang berarti bahwa kekuasaan meliputi(proses) sosial budaya, interaksi, dan komponen hasilnya (McDonald, 1980). Kekuasaan keluarga, sebagai sebuah karakteristik dari system keluarga, adalah kemampuan, baik potensial maupun actual dari seorang anggota individu untuk mengubah tingkah laku anggota keluarga (Olson dan Cromwell, 1975).Komponen-komponen utama dari kekuasaan keluarga adalah pengaruh dan pengambilan keputusan. Pembuatan keputusan merujuk pada proses pencapaian persetujuan dan komitmen anggota keluarga untuk melakukan serangkaian tindakan atau menjaga status quo. Dengan kata lain, pembuatan keputusan merupakan alat untuk menyelesaikan segala sesuatu (Scanzoni dan Szinovacs, 1980). Lewat pengambilan keputusan, kekuasaan dimanifestasikan.
Otoritas atau wewenang adalah istilah yang menyatakan keyakinan-keyakinan yang dianut bersama oleh anggota keluarga,yang didasarkan secara kultur dan normatif dan yang menyatakan seseorang anggota keluarga sebagai orang berhak mengambil keputusan dan menerima posisi kepemimpinan. Kekuasaan dan wewenang tidak selalu sejalan. Seorang anggota keluarga yang mempunyai kekuasaan untuk memutuskan atau bertindak tidak dapat menerapkan kekuasaan dengan berbagai macam alasan.
Kekuasaan merupakan suatu fenomena yang bersifat abstrak, kompleks, dan multidimensional dan tidak dapat diobservasi secara langsung. Oleh karena itu kekuasaan harus disimpulkan dari tingkah laku yang dapat diobservasi dan/atau laporan pribadi dari anggota keluarga, dilakukan lewat wawancara yang diarahkan kepada tujuan. Akan tetapi yang diobservasi oleh orang-orang luar dan apa yang dilaporkan oleh anggota keluarga dalam hubungan dengan kekuasaan keluarga berbeda satu dengan lainnya (Szinovacs).
Kekuasaan merupakan sebuah dimensi dari suatu system atau subsistem keluarga, dan di dalamnya bukan suatu karakteristik dari anggota keluargalah terpisah dari suatu system social. Begitu pula kekuasaan keluarga dapat dikaji hanya dalam kontekssistem itu atau subsistem tersebut, dan secara lebih spesifik lagi kekuasaan ini dikaji dalam konteks proses sirkular interaksi keluarga. Pola – pola komunikasi mengungkapkan peran keluarga dimensi kekuasaan. Kekuasaan keluarga dapat dilihat dalam proses yang terjadi dalam keluarga, mulai dari tukar-menukar rutinitas harian hingga negosiasi untuk isu-isu konfliks yang rumit, termasuk , misalnya; pengambilan keputusan, pemecahan masalah, penyelesaian konfliks, dan manajement krisis. Malahan kekuasaan keluarga yang dapat diterapkan dalam situasi – situasi berikut ini: berbagai subsistem dalam keluarga (missal: subsistem saudara kandung, subsistem perkawinan, dan subsistem orang tua – anak); keluarga sebagai suatu system menyeluruh (total system) dan hubungan system keluarga dengan system social eksternal (Olson,et al. 1975). Menurut McDonald (1980) dalam keluarga, terdapat lima unit yang berbeda – beda  yang dapat dianalisa dalam hubungannya dengan karakteristik kekuasaan mereka. Kekuasaan – kekuasaan ini adalah kekuasaan perkawinan, kekuasaan orang tua, kekuasaan turunan, kekuasaan saudara sekandung (sibling), dan kekuasaan hubungan keluarga. Akan tetapi kebanyakan riset dan tulisan teoritis tentang kekuasaan keluarga berfokus pada kekuasaan perkawinan. Raven dkk. (1975) dan Safilios-Rothchild melakukan beberapa studi penting tentang dasar kekuasaan keluarga dari situ didapatkan identifikasi berbagai dasar tipe kekuasaan yang lazim diobseervasi dalam keluarga. Deskripsi singkat tentang tipe-tipe kekuasaan tersebut sebagai berikut.
a.      Kekuasaan Yang Sah/Legitimate Power.
Kekuasaan yang sah kadang disebut juga wewenang primer, merujuk pada kepercayaan bersama dan persepsi dari anggota keluarga bahwa satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku dari satu anggota keluarga lain. Sebuah contohnya adalah kontrol dominasi orang tua terhadap anak-anak. Ini merupakan wewenang yang didasarkan atas tradisi. Di mana suami secara tradisional melakukan kontrol terhadap seluruh keluarg, di situ terdapat pola keluarga. Jika kekuasaan yang sah ada maka baik suami maupun istri sama-sama menerima peran dominan suami sebagai yang “benar” dan “paling baik”, ini menunjukkan penerimaan terhadap peran. Wewenang primer tetap memiliki dasar kuat dan dasar tradisional bagi kekuasaan dalam banyak keluraga.
b.      Kekuasan Yang Tidak Berdaya Atau Putus Asa.
Tipe kekuasaan ini merupakan suatu bentuk penting dari kekuasaan sah yang didasarkan pada hak yang diterima secara umum dari mereka yang membutuhkan atau dari mereka yang tidak berdaya, yang mengharapkan bantuan dari mereka yang memiliki posisi untuk memberikan bantuan tersebut. Kekusasaan yang tidak berdaya mungkin sangat efektif dalam keluarga dimana salah satu anggotanya sakit secara kronis, cacat, atau lansia. Seorang suami/istri atau anggota keluarga yang cacat dapat mengontrol anggota keluarga atas dasar ketidakberdayaan atau kelemahannya. Ini merupakan satu dasar bagi kekuasaan yang sering kali ditemukan namun sayangnya, hal ini menimbulkan suatu situasi yang membuatnya kebutuhan anggoata keluarga lain untuk dipenuhi secara memadai. Ketergantungan dan ketidakberdayaan anak menimbulkan rasa tanggung jawab terhadap upaya-upaya kontrol dan pemahaman kekuasaan yang tak berdaya.
c.       Kekuasaan Referen/Referen Power.
Kekuasaan yang dimiliki oleh orang-orang tertentu terhadap oarang lain karena identifikasi positif terhadap mereka, seperti identifikasi positif dari seorang anak dengan orang tua. Anak-anak meniru tingkah laku anggota keluarga, biasanya orang tua merupakan orang yang menjadi model peran.
d.      Kekuasaan Ahli dan Sumber/Expert Power.
Kekuasaan sumber adalah tipe dasar kekuasaan yang datangya dari sumber-sumber beharga dalam jumlah yang lebih banyak dalam suatu hubungan. Jika kekuasaan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengarhi atau menekan, sumber-sumber seperti atribut-atribut tertentu, suasana, atau pemilikan dipandang sebagai determinan utama kemampuan ini (Osmond, 1978). Misalnya, suami dominan karena ia mengontrol uang belanja, atau istri dominan karenaia lebih praktis dan lebih terarah pada tujuan daripada suami.
e.       Kekuasaan Penghargaan/Reward Power.
Kekuasaan yang terjadi karena adanya harapan bahwa orang yang berpengaruh dan dominan akan melakukan sesuatu yang positif terhadap ketaatan seseorang. Tingkah laku anak yang baik merupakan suatu sumber kesenangan dan kebahagiaan orang tua, dengan demikian merupakan suatu dasar bagi kekuasaan (misal, anak sering menggunakan tingkah laku yang baik untuk memperoleh keuntungan yang diinginkan).
f.       Kekuasaan Dominansi/Paksaan/Coersive Power.
Kekuasaan ini berdasarkan persepsi dan kepercayaan bahwa orang yang memiliki kekuasaan mungkin akan menghukum dengan ancaman, paksaan, atau kekerasan dari individu-individu lain jika mereka tidak taat. Kekuasaan yang bersifat memaksa digunakan dengan pengambilan keputusan paksa pula (yang akan dibahas kemudian).
g.      Kekuasaan Informasional/Informational Power.
Dasar kekuasaan ini berasal dari isi pesan persuasive. Tipe kekuasaan ini sama dengan kekuasaan ahli, tapi ruang lingkupnya lebih sempit. Sebuah bentuk variasi dari kekuasaan informasi langsung ini adalah kekuasaan informasional “tidak langsung”. Kekuasaan ini terjadi jika suatu pemberian isyarat, anjuran, dan informasi yang tidak jelas mempengaruhi seseorang untuk bertindak tanpa indikasi persuasive yang  jelas (Raven et al, 1975).
h.      Kekuasaan Afektif/Affective Power.
Kekuasaan yang diperoleh lewat manipulasi terhadap seorang anggota keluarga dengan memberikan atau tidak memberikan afeksi dan kehangatan, serta seks. Sebuah sumber afeksi dari wanita termasuk dicintai oleh pasangannya, bila dilatih, dapat menjadi sumber kekuasaan dalam perkawinan.
i.        Kekuasaan Manajemen Ketegangan.
Kekuasaan ini diturunkan dari kontrol dimana dicapai oleh suatu pasangan dengan mengatasi ketegangan dan kompliks yang ada dalam keluarga dan ketidak sepakatan dalam memasukkan anggota keluarga untuk “ mengalah” adalah contoh kekuasaan manajemen ketegangan.

Berdasar pengaruh tersebut secara umum pemegang kekuasaan terdiri dari tiga macam yaitu:
a.       Matrilokal: pemegang kekuasaan didasarkan pada garis keturunan perempuan.
b.      Patrilokal: pemegang kekuasaan didasarkan pada garis keturunan laki-laki.
c.       Egulitarian/egalitarian: kekusaan didasarkan keputusan bersama antara laki-laki dan  perempuan

3.      Peran Keluarga
Peran diartikan dengan apa yang individu-individu harus lakukan dalam situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut (Ruge, 1976 dikutip oleh Friedman, 1998). Sehingga fungsi-fungsi keluarga dapat dicapai dengan maksimal (Turner, 1976 dikutip oleh Fridman, 1998) dengan kriteria masing-masing indivu menekankan pentingnya kemplementaritas peran. Kapabilitas peran-peran dan norma-norma keluarga dengan norma-norma kemasyarakatan, kehadiran peran dalam keluarga yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga dan kemampuan keluarga untuk memberikan respon terhadap perubahan melalui fleksibilitas peran (Glasser dan Glasser 1970 Messer, 1970 dikutip oleh Friedman, 1998) serta alokasi peran bersifat masuk akal dan tidak membebani satu anggota atau lebih peran formal.
Pembagian peran dalam keluarga dilakukan secara merata kepada setiap anggotanya disesuaikan dengan peran yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan tertentu, tetapi ada juga peran lain yang tidak terlalu komplek dan dapat didelegasikan kepada anggota keluarga yang kurang terampil atau kepada mereka yang kurang memiliki kekuasaan.
a.       Peran formal
Peran formal yang biasanya ada dalam keluarga yaitu peran sebagai pencari nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh anak, tukang masak, manager keuangan, sopir, dan lain-lain. Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit atau bahkan tidak ada anggota keluarga yang memenuhi perannya maka tuntutan dan kesempatan untuk menggantikan peran yang lain lebih tinggi sehingga peran dalam keluarga tetap berfungsi (Murray dan Zentner, 1985 dikutip oleh Friedman, 1998)
Disamping contoh peran formal diatas, menurut (Gesas, 1976 dikutip oleh Friedman, 1998) juga mengidentifikasi enam peran dasar sebagai suami (ayah), istri (ibu), peran-peran tersebut adalah peran sebagai providen (penyedia) sebagai pengatur rumah tangga, perawat anak, sosialisasi anak, rekreasi, persaudaraan (memelihara hubunga keluarga paternal dan maternal), peran terapeutik memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan dan peran seksual.
b.      Peran Informal
Peran informal bersifat implicit atau tidak tampak hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individual (Satir, 1976 dikutip oleh Friedman, 1998) menurut Friedman (1998) peran-peran informal tersebut ada yang bersifat adaptif dan maladaptif yaitu sebagai pendorong, pengikut, pencari pengakuan, martir, keras hati, sahabat, kambing hitam, keluarga, penghibur, perawat keluarga, pioner, keluarga distributor, dan orang yang tidak relevan, kordinator keluarga, penghubung keluarga dan saksi.
Beberapa contoh peran-peran informal yang bersifat adaptif dan yang merusak kesejahteraan keluarga antara lain :
1)      Pendorong
Pendorong, memuji, setuju dengan dan menerima konstribusi dari orang lain. Akibatnya ia dapat merangkul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk didengar.
2)      Pengharmonis
Yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat antara para anggota, penghibur menyatukan kembali perbedaan pendapat.
3)      Inisiator - kontributor
Mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru dan cara-cara mengingatkan masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.
4)      Pendamai
5)      Penghalang
6)      Dominator
Cenderung memaksakan kekuasaan atau superioritas dengan memanipulasi anggota kelompok tertentu dan membanggakan kekuasaannya dan bertindak
7)      Penyalah
8)      Pengikut
9)      Pencari nafkah
10)  Martir
Tidak menginginkan apa saja untuk dirinya, ia hanya berkorban untuk anggota keluarga.
11)   Keras Hati
12)   Sahabat
13)   Kambing hitam keluarga
Masalah keluarga yang telah diidentifikasi dalam keluarga, sebagai korban atau tempat pelampiasan ketegangan dan rasa bermusuhan, baik secara jelas maupun tidak. Kambing hitam berfungsi sebagai tempat penyaluran.
14)  Penghibur

c.       Konflik peran
1)      Konflik antar peran
Adalah konflik yang terjadi jika pola-pola perilaku atau norma-norma dari suatu peran lain yang dimainkan secara bersama-sama oleh individu. Konflik antar peran terjadi ketika peran yang kompleks dari seseorang individu – yaitu sekelompok peran yang ia mainkan – termasuk sejumlah peran yang tidak seimbang. Tipe konflik ini disebabkan oleh ketidakseimbangan-ketidakseimbangan perilaku yang berkaitan dengan berbagai peran atau dasarnya tenaga berlebihan yang dibutuhkan oleh peran-peran ini, misal dalam kasus keluarga dimana peran sebagai siswa, penjaga rumah, memasak, perkawinan, perawatan anak dilaksanakan sekaligus.
2)      Intersender role conflick  ( konflik peran antar pengirim )
Suatu konflik dimana di dalamnya dua orang atau lebih memegang harapan-harapan yang konflik, menyangkut pemeranan suatu peran. ( La Rocca, 2000 ). Ilustrasi tentang tipe konflik ini adalah adanya harapan-harapan yang berkonflik menyangkut bagaimana peran seseorang seperti seorang peran perawat professional harus ditunjukkan. Misalnya kepala perawat boleh jadi mengharapkan efisiensi dari suatu tindakan : pasien mungkin mengharapkan segalanya terpusat pada pasien, berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang dirasakannya, dan perawat boleh jadi mengharapkan agar dapat memberikan perawatan individu sebagaimana yang dibatasi oleh standar profesinya.
3)      Person – role conflict
Meliputi suatu konflik antara nilai-nilai internal individu dan nilai-nilai eksternal yang dikomunikasikan kepada pelaku oleh orang lain, dan melemparkan pelaku ke dalam situasi yang penuh dengan strees peran. Tipe konflik peran ini sama dengan tipe konflik peran yang kedua, kecuali dalam hal, tidak adanya perbedaan dalam hal, tidak adanya perbedaan harapan-harapan peran diantarannya orang-orang di luar lingkungan. Orang dapat berfikir person - role conflict yang timbul dalam keluarga dengan anak remaja – apabila remaja tersebut memiliki pemikiran internal menyangkut perannya sebagai anak remaja dan sebayanya menentukan suatu peran yang sangat berbeda.

4.      Nilai Keluarga
Nilai adalah sebuah keyakinan abadi yang berfungsi sebagai pedoman bagi tindakan (Rokeach,1973 dikutip oleh Friedman,1998). Sedangkan nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide sikap dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruan atau konsep yang sadar maupun yang tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya (Darat dan Caplan,1965 dikutip oleh Friedman,1998). Kebudayaan keluarga merupakan suatu sumber sistem nilai dan norma-norma yang menentukan pemahaman individu sifat serta makna kehidupan.
Nilai-nilai bersifat dinamis serta berfungsi sebagai pedoman umum bagi perilaku dalam keluarga sebagai nilai-nilai tersebut membimbing perkembangan aturan-aturan dari keluarga (Friedman,1998)
Norma-norma merupakan pola-pola perilaku yang dianggap menjadi hak dari sebuah masyarakat tertentu,dan pola-pola perilaku semacam itu disarankan pada sistem nilai dari keluarga berbeda dengan aturan-aturan keluarga yang merupkan suatu refleksi keluarga menunjuk pola pangaturan khusus yang keluarga pertahankan yaitu tentang apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima serta diatur keluarga diatur oleh nilai-nilai yang lebih abstrak (Friedman,1988).

2.      Fungsi Pokok Keluarga
Terdapat beberapa fungsi pokok keluarga antara lain, yaitu:
a.       Menurut Friedman (1998) lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut:
1)    Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain
2)    Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah
3)    Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga
4)    Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
5)    Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
b.      Menurut Allender (1998)  fungsi keluarga adalah:
1)      Affection
a)      Menciptakan suasana persaudaraan atau menjaga perasaan.
b)      Mengembangkan kehidupan sexual dan kebutuhan sexual.
c)      Menambah anggota baru.
2)      Security and acceptance
a)      Mempertahankan kebutuhan fisik.
b)      Menerima individu sebagai anggota.

3)      Identity and satisfaction
a)      Mempertahankan motivasi.
b)      Mengembangkan peran dan self image.
c)      Mengidentifikasi tingkat sosial dan kepuasan aktivitas.
4)      Affiliation and companionship
a)      Mengembangkan pola komunikasi.
b)      Mempertahankan hubungan yang harmonis.
5)      Socialization
a)      Mengenal kultur (nilai dan perilaku).
b)      Aturan atau pedoman hubungan internal dan eksternal.
c)      Melepas anggota.
6)      Controls
a)      Mempertahankan kontrol sosial.
b)      Adanya pembagian kerja.
c)      Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada.
c.       Menurut Setiadi (2008: 7) dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
1)      Fungsi biologis.
a)      Untuk meneruskan keturunan.
b)      Memelihara dan membesarkan anak.
c)      Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
2)      Fungsi psikologis
a)      Memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga.
b)      Memberikan perhatian diantara keluarga.
c)      Memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga.
d)     Memberikan identitas keluarga.
3)      Fungsi sosialisasi
a)      Membina sosialisasi pada anak.
b)      Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing.
c)      Meneruskan nilai-nilai budaya

4)      Fungsi ekonomi
a)      Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan di keluarga.
b)      Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.
5)      Fungsi pendidikan
a)      Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak yang sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
b)      Mempersiapkan anak untuk kehidupan yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c)      Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

3.      Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Menurut Friedman (1981), membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:
a.       Mengenal masalah kesehatan.
Perubahan sekecil apapun yang dialami setiap anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga.
b.      Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan tindakan yang tepat untuk keluarga.
c.       Memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit
d.      Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e.       Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat.


E.     Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga diterangkan oleh beberapa ahli antara lain:
1.      Duvall (1985)
a)      Keluarga baru menikah
Pasangan baru menikah dan belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah:
1)      Membina hubungan intim yang memuaskan.
2)      Menetapkan tujuan bersama.
3)      Mendiskusikan rencana memiliki anak
Masalah kesehatan utama adalah penyelesaian seksual dan peran perkawinan, penyuluhan dan konseling, pre natal dan komunikasi, keluarga informasi sering mengakibatkan masalah-masalah emosional dan seksual, ketakutan, rasa bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan dan penyakit kelamin baik sebelum maupun sesudah perkawinan.
b)     Keluarga dengan anak baru lahir
Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah:
a)      Mempersiapkan menjadi orang tua
b)      Adaptasi perubahan anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan,  seksual, dan kegiatan.
c)      Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.
Masalah kesehatan utama keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternasi yang berpusat pada keluarga, perawat bayi yang baik, pengenalan dan pegangan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling perkembangan anak keluarga berencana, interaksi keluarga dan bidang-bidang peningkatan kesehatan umum (gaya hidup). Pada tahap kedua ini, peran perawat memberikan konseling dan demonstrasi pada keluarga tentang kebutuhan nutrisi anak.
c)      Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga mungkin terdiri 3 hingga 5 orang dengan pasti suami / ayah, istri / ibu, anak laki-laki saudara, anak perempuan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
1)      Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2)      Membantu anak bersosialisasi.
3)      Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.
4)      Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5)      Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6)      Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7)      Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.
Karena daya tahan spesifik terhadap banyaknya bakteri dan penyakit virus, serta paparan yang mengikat, anak-anak pra sekolah sering menderita sakit dengan satu penyakit infeksi primer secara bergantian. Jadi kontak anak dengan penyakit infeksi dan menular serta kerentanan umum merreka terhadap penyakit merupakan masalah-masalah utama.
Masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit menular yang umum pada anak dan jatuh, luka bakar, keracunan, serta kecelakaan-kecelakaan lain yang penting adalah persaingan diantara kakak dan adik, keluarga berencana, kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan. Masalah pengasuh anak seperti pembatasan lingkungan (disiplin), penganiayaan dan menelantarkan anak keamanan dirumah dan masalah komunikasi keluarga (Friedman, 1988).
Tugas perawat dalam tahap ini adalah memberikan pengetahuan pada keluarga terhadap anak usia pra sekolah, memberikan penyuluhan tentang tumbuha kembang anak dan memotifasi keluarga agar memperhatikan kesehatan anak.
d)     Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a)      Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan yang lebih luas.
b)      Mempertahankan keintiman pasangan.
c)      Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.

Akibat perkembangan anak meluas, pengaruh keluarga berubah, orang tua tidak lagi dipandang sebagai hal pokok, tahu segalanya. Anak dan khususnya remaja, belajar bahwa orang tua adalah manusia biasa yang kadang nilai orang tua dan ide-idenya dipertanyakan, serta konflik lebih tinggi antara anak dengan orang tua. Meskipun terjadi konfrontasi bagaimanapun anak masih membutuhkan kasih sayang dan dorongan orang tua, dimana nilai-nilai orang tua, ide-ide dan harapan-harapan akan membantu remaja membentuk diri mereka sendiri (Friedman 1998)
Masalah Kesehatan, menurut Stanhope dan Lancaster (1998) dikutip oleh Friedman (1998) penyebab angka kematian anak sekolah: :
1. Kecelakaan dan injury : penyebab utama kematian pada anak usia sekolah yaitu : kecelakaan kendaraan bermotor, skate board, sepeda.
2. Kanker, anak usi 1-4 tahun sering terkena kanker terutama leukemia, tindakan yang dilakukan adalah pemeriksaan dini riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
3.Bunuh diri, anak yang bunuh diri biasanya berada dalam lingkungan social yang buruk dan mempunyai masalah dalam keluarga, serta gangguan psikiatrik.

Peran perawat dalam tahap ini adalah memotivasi keluarga untuk selalu memperhatikan kegiatan anak baik didalam maupun diluar rumah.

e)      Keluarga dengan anak remaja
Tahap keluarga dengan anak remaja diawali pada saat anak pertama berusia 13 tahun, tahap ini akan berlangsung 6 himgga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau jika anak masih tinggal dirumah sampai berusia 19 atau 20 tahun (Duval,1 977 dikutp oleh Friedman, 1998)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a)      Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggungjawab mengingat remaja adalah seseorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi.
b)      Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.
c)      Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga.
d)     Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

f)       Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
Permulaan dari fase khidupan keluarga ini ditandai dengan anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong” ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini agak singkat atau panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal setelah tamat sekolah.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a)      Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b)      Mempertahankan keintiman pasangan.
c)      Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
d)     Penataan kembali peran orangtua dan kegiatan di rumah.

Masalah utama kesehatan utama meliputi masalah komunikasi kaum dewasa muda dengan orang tua mereka, masalah transisi peran bagi suami istri, masalah orang yang memberikan perawatan (bagi orang tua usia lanjut) dan munculnya kondisi kesehatan kronis atau faktor-faktor yang berpengaruh seperti tingkat kolesterol tinggi, obesitas dan hipertensi.

g)      Keluarga usia pertengahan
Orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun sampai kurang lebih 16-18 tahun kemudian.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a)      Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.
b)      Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya
c)      Meningkatkan keakraban pasangan
Masalah Kesehatan
1.      Kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang cukup, kegiatan waktu luang dan tidur, nutreisi yang baik, program olah raga yang teratur, pengurangan berat badan hingga berat badan yang optimum, berhenti merokok, berhenti / menghentikan penggunaan alcohol, pemeriksaan skrinning kesehatan preventive.
2.      Masalah-masalah hubungan perkawinan
3.      Komunikasi dan hubungan anak-anak, ipar, cucu, dan orang tua yang berusia lanjut.
4.      Masalah yang berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan orang tua yang lanjut usia yang tidak mampu merawat diri

h)     Keluarga usia tua
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a)      Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya
b)      Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi: kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan penghasilan keluarga.
c)      Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
d)     Melakukan file review masa lalu.

Masalah Kesehatan: faktor-faktor seperti munculnya fungsi dan kekuatan fisik sumber-sumber financial yang tidak memadai, isolasi sosial, dan banyak kehilangan lainnya yang dialami lansia menunjukkan ketentraman psikologi (Kelley et al, 1997 dikutip oleh Friedman 1998), oleh karena itu terdapat masalah-masalah kesehatan yang bersifat multiple. Peran perawat pada tahap ini diantaranyan memberikan konseling pada keluarga tentang persiapan pelepasan orang yang dicintai.

2.      Carter & Mc Goldrick (1989), mengolongkan tugas perkembangan keluarga dalam enam tahap perkembangan, yaitu:
1)      Keluarga antara masa bebas (pacaran) dengan usia dewasa muda.
2)      Terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan.
3)      Keluarga dengan memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai usia sekolah).
4)      Keluarga yang memiliki anak dewasa.
5)      Keluarga yang mulai melepas anaknya untuk keluar rumah.
6)      Keluarga lansia.
F.     Keluarga Sebagai Suatu Sistem
     Keluarga merupakan unit pelayanan dasar di masyarakat dan juga merupakan perawat utama dalam anggota keluarga. Keluarga akan berperan banyak terutama dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga. Sebagai suatu sistem akan terjadi saling interaksi, interelasi dan interdependensi antar sub-sub sistem di dalam keluarga. Dengan kata lain salah satu anggota keluarga mengalami gangguan, maka sistem keluarga secara keseluruhan akan terganggu.
Sistem adalah kumpulan dari beberapa fungsional yang saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Alasan keluarga disebut sistem
1.      Keluarga mempunyai sub sistem yaitu : anggota, fungsi, peran, aturan, budaya dan lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan keluarga.
2.      Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar sub sistem.
3.      Merupakan unit ( bagian ) terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhi supra sistemnya.
Keluarga merupakan sistem sosial karena terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai peran sosial yang berbeda dengan ciri saling berhubungan dan saling tergantung antar individu. Seperti pada umumnya suatu sistem, keluarga juga mempunyai komponen-komponen sistem.
Karakteristik keluarga sebagai sistem
Pola komunikasi keluarga
1. Sistem terbuka
a.       Langsung, jelas, spesifik, tulus, jujur, tanpa hambatan.
b.      Hasil musyawarah, tidak tertinggal jaman, berubah sesuai kebutuhan keluarga, bebas mengeluarkan pendapat.
c.       Sesuai dengan kemampuan keluarga, memiliki kesiapan, mampu berkembang sesuai kondisi, harga diri, percaya diri, mengikat dan mampu mengembangkan dirinya.
2. Sistem tertutup
a.       Tidak langsung, tidak jelas, tidak spesifik, tidak selaras, sering menyalahkan, kacau, dan membingungkan.
b.      Ditentukan tanpa musyawarah, tidak sesuai perkembangan, mengikat, tidak sesuai kebutuhan dan pendapat terbatas.
c.       Memiliki sikap melawan, kacau, tidak siap ( selalu tergantung ), tidak berkembang, harga diri, kurang percaya diri, ragu-ragu dan kurang dukungan untuk mengembangkan diri.

Keluarga sebagai unit pelayanan yang dirawat karena keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga yang lain disekitar atau masyarakat secara keseluruhan.
Alasan keluarga sebagai pelayanan
a.       Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang dapat dijadikan gambaran dari manusia.
b.      Perilaku keluarga dapat menimbulkan masalah kesehatan, tetapi dapat juga mencegah masalah-masalah kesehatan  dan menjadi sumber daya pencegah masalah kesehatan.
c.       Masalah kesehatan di dalam keluarga akan saling mempengaruhi terhadap individu dalam keluarga.
d.      Keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga.
e.       Keluarga merupakan pengambil keputusan dalam mengatasi masalah.
f.       Keluarga merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan dan mengembangkan kesehatan kepada masyarakat.

G.    Keluarga Sejahtera
1.      Pengertian
       Keluarga sejahtera adalah yang dibentuk atas dasar perkawinan yang syah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
Tujuan:
a.    Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang masalah yang dihadapi.
b.    Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menganalisa potensi dan peluang yang dimilikinya.
c.    Meningkatkan kemauan masyarakat dalam memecahkan masalahnya secara mandiri.
d.   Meningkatkan gotong royong dan kesetiakawanan sosial dalam membantu keluarga khususnya keluarga prasejahtera untuk meningkatkan kesejahteraannya.

2.      Tahapan keluarga sejahtera
Keluarga terdiri dari beberapa tahapan yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan pada keluarga dan berikut penulis kemukakan :
a.       Keluarga pra sejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesejahteraan atau keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap I.
b.      Keluarga sejahtera tahap I
        Yaitu keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, keluarga berencana ( KB ), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi. Pada keluarga sejahtera I kebutuhan dasar I sampai dengan 5 telah terpenuhi yaitu :
1.    Melaksanakan ibadah menurut agamanya oleh masing-masing anggota keluarga.
2.    Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali atau lebih.
3.    Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda untuk aktifitas di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian.
4.    Lantai rumah bukan dari tanah.
5.    Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sarana kesehatan.

c.       Keluarga sejahtera tahap II
          Adalah keluarga-keluarga yang disamping telah memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal serta telah dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi. Pada keluarga sejahtera II, kebutuhan fisik atau kebutuhan psikologis telah terpenuhi. Indikatornya adalah sebagai berikut :
1.    Anggota keluarga melakukan ibadah secara teratur.
2.    Makan dua kali sehari atau lebih.
3.    Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.
4.    Lantai rumah bukan dari tanah.
5.    Kesehatan anak sakit dan pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sarana kesehatan atau petugas kesehatan.
6.    Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama masing-masing.
7.    Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyediakan daging/ikan/telur.
8.    Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun.
9.    Luas  lantai rumah paling kurang 8 m¬2 untuk setiap penghuni rumah.
10.         Seluruh anggota dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat sehingga dapat melaksanakan fungsi masing-masing.
11.         Paling kurang satu anggota keluarga 15 tahun ke atas berpenghasilan tetap.
12.         Seluruh anggota keluarga yang berusia 10 - 60 tahun bisa baca tulisan huruf latin
13.         Anak usia sekolah 7-15 tahun bersekolah pada saat dini.
14.         Anak hidup dua atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai alat kontrasepsi ( kecuali sedang hamil ).

d.      Keluarga sejahtera tahap III
          Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk : material dan keuangan untuk sosial kemasyarakatan dan juga berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Pada keluarga sejahtera III, kebutuhan fisik, sosial psikologis, dan pengembangan telah terpenuhi namun kepedulian sosial belum terpenuhi. Indikatornya adalah indikator pada keluarga sejahtera tahap II ditambah :
1.      Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
2.      Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
3.      Biasanya makan bersama paling kurang sehari sekali dan kesempatan itu dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
4.      Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
5.      Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali dalam 6 bulan.
6.      Dapat memperoleh berita dari surat kabar / radio / TV / majalah.
7.      Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi sesuai kondisi daerah.

e.       Keluarga Sejahtera tahap III Plus
        Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangannya telah terpenuhi serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi pada masyarakat. Indikator pada keluarga sejahtera tahap II, ditambah :
Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil.
Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan / yayasan / institusi masyarakat.    


RANGKUMAN
1.      Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi, saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran dan menciptakan serta mempertahankan suatau budaya.
2.      Tujuan dasar keluarga: memenuhi kebutuhan masyarakat dan kebutuhan individu yang menjadi bagian dari keluarga.
3.      Tipe keluaga tradisional terdiri dari: nuclear family, extended family, dyadic nuclear, single parent, single adult.
4.      Tipe keluarga non tradisional: the unmarriaedteenege mather, the stepparent family, commune family, the non marital heterosexsual cohibitang family, gay and lesbian family, cohibitating family, group-marriage family, group network family, foster family, homeless family, gang.
5.      Dimensi dasar struktur keluarga terdiri dari: pola dan proses komuikasi, struktur kekuatan/kekuasaan, struktur peran, serta struktur nilai keluarga.
6.      Fungsi dasar keluarga adalah: fungsi afektif, fungsi sosialisasi , fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi perawatan kesehatan.
7.      Tugas keluarga dalam bidang kesehatan yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit , mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat.
8.      Tahap perkembangan keluarga terdiri dari: keluarga baru menikah, keluarga anak baru lahir, keluarga prasekolah, keluarga anak sekolah, keluarga remaja, keluarga usia dewasa muda, keluarga usia pertengahan, keluarga usia lanjut.
9.      Karakteristik keluarga sebagai sistem terbuka: 1) Langsung, jelas, spesifik, tulus, jujur, tanpa hambatan, 2) Hasil musyawarah, tidak tertinggal jaman, berubah sesuai kebutuhan keluarga, bebas mengeluarkan pendapat, 3) Sesuai dengan kemampuan keluarga, memiliki kesiapan, mampu berkembang sesuai kondisi, harga diri, percaya diri, mengikat dan mampu mengembangkan dirinya.
10.  Karakteristik keluarga sebagai sistem tertutup: 1) Tidak langsung, tidak jelas, tidak spesifik, tidak selaras, sering menyalahkan, kacau, dan membingungkan. 2) Ditentukan tanpa musyawarah, tidak sesuai perkembangan, mengikat, tidak sesuai kebutuhan dan pendapat terbatas, 3) Memiliki sikap melawan, kacau, tidak siap (selalu tergantung), tidak berkembang, harga diri, kurang percaya diri, ragu-ragu dan kurang dukungan untuk mengembangkan diri.
11.  Alasan keluarga sebagai pelayanan yang dirawat: keluarga merupakan bagian dari masyarakat, perilaku keluarga dapat menimbulkan dan mencegah masalah kesehatan, masalah kesehatan di dalam keluarga  saling mempengaruhi terhadap individu dalam keluarga, keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga, keluarga merupakan pengambil keputusan dalam mengatasi masalah, keluarga merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan dan mengembangkan kesehatan kepada masyarakat.
12.  Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas dasar perkawinan yang syah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
13.  Tahapan keluarga sejahtera: keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera tahap I, keluarga sejahtera tahap II, keluarga sejahtera tahap III, keluarga tahap III plus.

LATIHAN SOAL
1.      Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah kelurga lain seperti paman, bibi, kakek, nenek termasuk tipe keluarga apa ?
2.      Sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta social dari setiap anggota keluarga. Siapakah yang menyampaikan pengertian keluarga  tersebut ?
3.      Sebutkan lima tugas kesehatan keluarga menurut Friedman secara urut ?
4.      Apa saja tugas perawat dalam tahap perkembangan dengan anak usia pra sekolah ?
  1. Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yg maksimal terhadap masyarakat secara teratur  merupakan indikator keluarga ?
  2. Keluarga Tn. Agus menpunyai seorang anak 3 tahun. Saat ini ibunya sering mengajak anaknya ke rumah saudara dan tetangganya. Anaknya diajari untuk berkenalan dan menyapa orang yang dijumpaii. Berkaitan dengan hal tersebut keluarga melaksanakan  fungsi keluarga apa ?
  3. Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan, merupakan tahapan perkembangan keluarga ?
  4. Keluarga yang berperan menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota penghibur menyatukan kembali perbedaan pendapat, merupakan peran informal keluarga ?.
  5. Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi , dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah termasuk dalam struktur keluarga apa ?
  6. Ny. Nita bekerja di sebuah perusahaan, beliau saat ini melanjutkan studi di universitas Andalas pada hari jumat dan sabtu sepulang dari bekerja, Setiap hari Ny. Nita masih menjalankan kewajiban sebagai ibu rumah tangga. Ny. Nita kadang-kadang merasa galau.  Dalam hal ini Ny. Nita mengalamikonflik peran keluarga apa ?


1 komentar:

  1. togel online
    .
    POIN4D ADALAH SALAH SATU SITUS / BANDAR TOGEL ONLINE YANG AMAN DAN TERPERCAYA!
    BERGABUNG DAN BERMAIN DI POIN4D , ANDA BISA RASAKAN KEPUASAN DAN KENYAMANAAN NYA!
    RAIH DISCOUNT & PROMONYA SEKARANG JUGA!!! BURUAN DAFTAR KUNJUNGI SITUSNYA DISINI LINK :
    www•4DPOIN•com | www•4DPOIN•org | www•4DPOIN•net
    ➖6 PASARAN TOGEL➖
    📽️ LIVE DD48 DINDONG
    ☑ SYDNEY POOLS
    ☑ RAJA AMPAT POOLS
    ☑ SINGAPORE POOLS
    ☑ BALI POOLS
    ☑ IBIZA POOLS
    ☑ HONGKONG POOLS
    ➖➖HADIAH & DISCOUNT➖➖
    ⇲ LIVE DINDONG 48 BALL
    ⇲ BONUS CASHBACK UP 5%
    ⇲ BONUS PRIZE 2 & PRIZE 3
    ⇲ BONUS NEW MEMBER 10RB
    ⇲ BONUS REFFERAL 2%
    ⇲ BONUS LUCKY DRAW JP500RB
    ⇲ BBFS READY !
    Melayani support bank : BCA | MANDIRI | BNI | BRI
    Info Lebih lanjut silahkan Kunjungi website Kami
    Bertanya kepada CS yang bertugas ...
    ➖➖KONSULTASI➖➖
    ★Pin BBM2 : D1A279B6
    ★Whatsapp : +85598291698
    ★Facebook : OfficialPOIN4D
    ★IDLine : POIN4D
    🔘 KEPUASAN ANDA TUJUAN UTAMA KAMI!!!

    BalasHapus