Senin, 29 Februari 2016

keperawatan gerontik


Standar Kompetensi : Mahasiswa dapat mengerti konsep lanjut usia dan menerapkan asuhan keperawatan lanjut usia.

Kompetensi Dasar       : Mahasiswa dapat merencanakan asuhan keperawatan pada Lanjut Usia

Indikator                     : Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa  dapat mendeskripsikanperencanaan keperawatan lanjut usia :
1.      Menjelaskan  perencanaan keperawatan lanjut usia
2.      Menganalisa prioritas diagnosa dalam rencana keperawatan lanjut usia
3.      Menjelaskan tujuan asuhan keperawatan lanjut usia
4.      Membuat  tujuan dalam rencana keperawatan lanjut usia
5.      Menjelaskan kriteria hasil asuhan keperawatan lanjut usia
6.      Menyebutkan kriteria hasil dalam rencana keperawatan usia lanjut
7.      Menjelaskan rencana tindakan keperawatan lanjut usia
8.      Mengidentifikasi  rencana tindakan keperawatan lanjut usia

PERENCANAAN KEPERAWATAN LANJUT USIA

Berbagai masalah klien yang berhubungan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia:
1.      Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integument
Diagnosa Fisik/Biologis:
a.       Gangguan nutrisi : kurang/lebih  dari kebutuhan tubuh b.d  pemasukan tidak adekuat
b.      Gangguan  persepsi sensorik: pendengaran, penglihatan b . d hambatan penerimaan , pengiriman rangsang
c.       Kurangnya perawatan diri b d. penuruan minat dalam merawat diri
d.      Potensial cidera fisik b . d penurunan fungsi tubuh
e.       Gangguan pola tidur b.d kecemasan, nyeri
f.       Perubahan eliminasi b.d penyempitan jalan nafas, akumulasi skret pada jln napas
g.      Gangguan mobilitas fisik b.d kekuatan sendi
2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis
Perubahan konsep diriPerubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.
a.       Isolasi sosial b.d perasaan curiga
b.      Menarik diri b.d perasaan tidak mampu
c.       Depresi b.d isolasi sosial
d.      Harga diri rendah b.d perasaan ditolak
e.       Koping tidak efektif b.d ketidakmampuan mengemukakan perasaan scr tepat
f.       Cemas b.d sumber keuangan terbatas
3.      Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.
a.       Berduka b.d ditinggal pasangan
b.      Penolakan terhadap proses penuaan b.d ketidaksiapan menghadapi kematian
c.       Marah terhadap tuhan b.d kegagalan yang dialami
d.      Perasaan tidak tenang b.d ketidakmampuan melakukan ibadah scr tepat

Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.
Lingkup askep gerontik meliputi:
1.      Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
2.      Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
3.      Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan
Upaya mengatasi permasalahan kesehatan pada Lansia meliputi: upaya pembinaan kesehatan, upaya pelayanan kesehatan (upaya promotif,upaya preventif, diagnosa dini dan pengobatan, pencegahan kecacatan,upaya rehabilitative), upaya perawatan dan upaya pelembagaan Lansia
Prinsip pelayanan kesehatan pada Lansia:
a.       Prinsip holistic
         Seorang penderita lanjut usia harus dipandang sebagai manusia seutuhnya (lingkungan psikologik dan sosial ekonomi). Hal ini ditunjukkan dengan asesment geriatri sebagai aspek diagnostik, yang meliputi seluruh organ dan sistem, juga aspek kejiwaan dan lingkungan sosial ekonomi. Sifat holistik mengandung artian baik secara vertikal ataupun horizontal. Secara vertikal dalam arti pemberian pelayanan di masyarakat sampai ke pelayanan rujukan tertinggi, yaitu rumah sakit yang mempunyai pelayanan subspesialis geriatri. Holistik secara horizontal berarti bahwa pelayanan kesehatan harus merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan lansia secara menyeluruh.
Oleh karena itu, pelayanan kesehatan harus bekerja secara lintas sektoral dengan dinas/ lembaga terkait di bidang kesejahteraan, misalnya agama, pendidikan, dan kebudayaan, serta dinas sosial. Pelayanan holistik juga berarti bahwa pelayanan harus mencakup aspek pencegahan (preventif), promotif, penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif). Begitu pentingnya aspek pemulihan, sehingga WHO menganjurkan agar diagnosis penyakit pada Lansia harus meliputi 4 tingkatan penyakit :
1. Disease (penyakit), yaitu diagnosis penyakit pada penderita, misalnya penyakit jantung iskemik.
2.  Impairment (kerusakan/ gangguan), yaitu adanya gangguan atau kerusakan dari organ akibat penyakit, missal pada MCI akut ataupun kronis.
3. Disability (ketidakmampuan), yaitu akibat obyektif pada kemampuan fungsional dari organ atau dari individu tersebut. Pada kasus di atas misalnya terjadi decompensasi jantung.
4. Handicap (hambatan), yaitu akibat sosial dari penyakit. Pada kasus tersebut di atas adalah ketidakmampuan penderita untuk melakukan aktivitas sosial, baik di rumah maupun di lingkungan sosialnya.

b.      Prinsip tatakerja dan tatalaksana secara TIM
        Tim geriatrik merupakan bentuk kerjasama multidisipliner yang bekerja secara inter-disipliner dalam mencapai tujuan pelayanan geriatrik yang dilaksanakan. Yang dimaksud dengan multidisiplin si sini adalah berbagai disiplin ilmu kesehatan yang secara bersama-sama melakukan penanganan pada penderita lanjut usia. Komponen utama tim geriatrik terdiri dari dokter, pekerja sosio medik, dan perawat. Tergantung dari kompleksitas dan jenis layanan yang diberikan. Anggota tim dapat ditambah dengan tenaga rehabilitasi medik (dokter, fisioterapist, terapi okupasi, terapi bicara, dll.), psikolog, dan atau psikiater, farmasis, ahli gizi,dan tenaga lain yang bekerja dalam layanan tersebut.
       Istilah interdisiplin diartikan sebagai suatu tatakerja dimana masing-masing anggotanya saling tergantung (interdependent) satu sama lain. Jika tim multidisiplin yang bekerja secara multidisiplin, dimana tujuan seolah-olah dibagi secara kaku berdasarkan disiplin masing-masing anggota. Pada tim interdisiplin, tujuan merupakan tujuan bersama. Masing-masing anggota mengerjakan tugas sesuai disiplinnya sendiri-sendiri, tetapi tidak secara kaku. Disiplin lain dapat memberi saran demi tercapainya tujuan bersama. Secara periodik dilakukan pertemuan anggota tim untuk mengadakan evaluasi kerja yang telah dicapai, dan kalau perlu mengadakan perubahan demi tujuan bersama yang hendak dicapai.
Pada tim multidisiplin, kerjasama terutama bersifat pada pembuatan dan penyerasian konsep. Sedangkan pada tim interdisiplin, kerjasama meliputi pembuatan dan penyerasian konsep serta penyerasian tindakan.
       Tim geriatri disamping mengadakan asesment atas masalah yang ada, juga mengadakan asesment atas sumber daya manusia dan sosial ekonomi yang bisa digunakan untuk membantu pelaksanaan masalah penderita tersebut.
1.      Pembinaan Kesehatan
        Tujuannya adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yagn bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat.
a. Informasi yang diperlukan usia 40-45 tahun (masa virilitas)
1. Mengetahui sedini mungkin adanya akibat proses penuaan (keluhan mudah jatuh, mudah lelah, nyeri dada, berdebar-debar, sesak nafas waktu beraktivitas.
2. Mengetahui pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala.
3. Melakukan latihan kesegaran jasmani.
4. Melakukan diet dengan menu seimbang.
5. Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat.
6. Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Informasi yang diperlukan usia 55-64 tahun (masa presenium)
1. Pemeriksaan kesehatan secara berkala.
2. Perawatan gizi/ diet seimbang
3. Kegiatan olahraga/ kesegaran jasmani.
4. Perlunya berbagai alat bantu untuki tetap berdaya guna.
5. Pengembangan dan peningkatan hubungan sosial di masyarakat.
6. Peningkatan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
c. Informasi yang diperlukan > 65 tahun dan kelompok resiko tinggi
1. Pembinaan diri sendiri dalam hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktivitas di dalam rumah maupun di luar rumah
2. Pemakaian alat bantu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang ada pada
mereka.
3. Pemeriksaan kesehatan secara berkala.
4. Perawatan fisioterapi di RS terdekat.
5. Latihan kesegaran jasmani.
6. Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.


2. Pelayanan kesehatan
a.       Upaya peningkatan / Promosi Kesehatan
Pada dasarnya merupakan upaya pencegahan primer ( primary prevention).
Anjuran dari Prof. Dr. Slamet Suyono (RSCM, 1997) adalah : BAHAGIA
Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi
Aturlah makanan hingga seimbang
Hindari faktor risiko penyakit degenerative
Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang bermanfaat
Gerak badan teratur agar terus dilakukan
Iman dan takwa tingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang menegangkan
Awasi kesehatan dengan memeriksakan badan secara periodic

DepKes RI, Buku Pedoman pemeliharaan Kesehatan Usia Lanjut, memuat anjuran untuk hidup sehat :
1. Perkuat ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa untuk mengendalikan stress
2.  Periksakan kesehatan secara berkala
3.  Makan dan minum kurangi gula, lemak, dan garam perbanyak buah, sayur, susu tanpa lemak dan ikan, hindari alcohol, berhenti merokok, perbanyak minum air putih 6-8 gelas per hari atau sesuai anjuran petugas kesehatan
4.  Kegiatan fisik dan psikososial
a. Pertahankan berat badan normal
b. Lakukan kegiatan fisik sesuai kemampuan
c. Lakukan latihan kesegaran jasmani sesuai kemampuan seperti jalan kaki, senam, berenang, dan bersepeda
d. Tingkatkan silaturahmi
e. Sempatkan rekreasi dan salurkan hobi secara teratur dan bergairah
f. Gunakan obat-obatan atas saran petugas kesehatan
g. Pertahankan hubungan harmonis dalam keluarga tetap melakukan kegiatan seksual dengan pasangan hidup

b. Upaya pencegahan / Prevention
         Bagaimanapun hebatnya penemuan dalam bidang teknologi dan obat-obatan untuk merawat dan menyembuhkan Lansia yang sakit, tetapi peranan prevensi (pencegahan) semakin besar, karena bila dilaksanakan secara cermat dan terus menerus akan memberikan hasil yang lebih baik dengan biaya yang lebih murah.Yang dimaksudkan dengan prevensi bukanlah menghindarkan ketuaan atau proses menjadi tua, melainkan menghindarkan sejauh mungkin penyakit-penyakit yang dapat timbul dan mengusahakan agar fungsi tubuh selama mungkin dapat dipertahankan.
1.      Upaya pencegahan primer (Primary prevention)
Ditujukan kepada Lansia yang sehat, mempunyai risiko akan tetapi belum menderita
penyakit. Dapat digolongkan pada upaya peningkatan
2.      Upaya pencegahan sekunder (Secondary prevention)
Ditujukan kepada penderita tanpa gejala, yang mengidap faktor risiko. Upaya ini dilakukan sejak awal penyakit hingga awal timbulnya gejala atau keluhan.
Menurut DepKes RI 1998, keluhan yang perlu diwaspadai :
- cepat lelah – nyeri pinggang
- nyeri dada – nyeri sendi
- sesak napas – gangguan gerak
- berdebar-debar – kaki bengkak
- sulit tidur – kesemutan
- batuk – sering haus
- gangguan penglihatan – gangguan BAB/ BAK
- gangguan pendengaran – benjolan tidak normal / daging
- gangguan mulut tumbuh
- nafsu makan meningkat atau menurun – keluarnya darah atau cairan melalui vaginasecara terus-menerus


3. Upaya pencegahan tersier (Tertiary prevention)
Ditujukan kepada penderita penyakit dan penderita cacat, yang telah memperlihatkan gejala penyakit.
Tahap I : Ketika Lansia dirawat di RS
Tahap II : Ketika Lansia pada masa rehabilitasi atau rawat jalan
Tahap III : Ketika Lansia pada saat pemeliharaan jangka panjang
Tindakan pencegahan praktis yang dapat dilaksanakan
a. Hindari berat badan berlebihan (obesitas ataupun overweight)
b. Kurangi makan dan pilihlah makanan yang sesuai
c. Olahraga yang ringan dan teratur harus dilakukan
d. Menghindari faktor resiko PJK
- faktor resiko yang tidak dapat dihindari : umur, jenis kelamin, keturunan
-  faktor resiko yang sukar dihindari : kepribadian
- faktor resiko yang dapat dihindari/ dibatasi : merokok, kelebihan BB,hiperkolesterolemia, hipertensi, DM
e. Menghindari timbulnya kecelakaan pada Lansia
f. Tindakan yang mengisi kehidupan Lansia
g. Persiapan menghadapi pension
h. Pemeriksaan kesehatan secara periodic

c. Diagnosa dini dan pengobatan / Early diagnosis and prompt treatment
      Dilaksanakan oleh Lansia, keluarga, petugas professional, dan petugas panti.
Pengobatan dijalankan terhadap gangguan sistem, mengurangi gejala yang terjadi dan mengatasi manifestasi klinik. Kegiatan dilaksanakan di tingkat keluarga, fasilitas pelayanan tingkat dasar, dan fasilitas pelayanan rujukan tingkat I dan tingkat II.
1.      Diagnosa dini oleh Lansia dan keluarga
Di Amerika Serikat, bimbingan diberikan oleh National Health Information Clearinghouse (1994), untuk memungkinkan para Lansia memberi skor terhadap gaya hidup sehat (healthstyle self-test) dengan menghitung skor merokok, pemakaian alkohol, dan obat, kebiasaan makan, olahraga, dan kebugaran, pengendalian stres, juga pengamanan diri terhadap kecelakaan dan cedera.
Medical screening schedule (prosedur penapisan) dianjurkan U.S. Preventive Services Task Force (1994), meliputi:

a.       Penapisan :
Anamnesa diarahkan terhadap tanda gejala nyeri dada, kebiasaan diet, kebiasaan olahraga, pemakaian alcohol dan kebiasaan merokok, serta ada atau tidaknya gangguan fungsi di rumah
Pemeriksaan fisik : berat dan tinggi badan, tekanan darah, visus, fungsi pendengaran, alat Bantu dengar, pemeriksaan payudara, pemeriksaan laboratorium, glukosa dan kolesterol, fungsi kelenjar tiroid, EKG, pap smear, sigmoidoskopi, kolonoskopi
b. Konseling :
Olahraga dan latihan tertentu, diet, lemak, kolesterol, karbohidrat, kalori, penyalahgunaan narkotika, alcohol, zat adiktif, pencegahan kecelakaan, kesehatan gigi, glaucoma, pengobatan estrogen.
c. Imunisasi :
Hepatitis B, Vaksin influenza
Di Indonesia Buku Kesehatan Pribadi dianjurkan untuk dimiliki oleh masyarakat, termasuk Lansia. Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Usia Lanjut, agar diisi oleh para Lansia, keluarga, atau pemberi pelayanan kesehatan setiap diberikan pelayanan kesehatan, sehingga dapat terjalin komunikasi dan tukar menukar informasi penting diantara Lansia dengan petugas pelayanan kesehatan setiap saat.
Kartu Menuju Sehat Usia Lanjut disimpan oleh Lansia sendiri
2. Diagnosa dini oleh petugas profesional atau tim
a. Pemeriksaan status fisik
b. Pemeriksaan fisik diagnostik lengkap
           c. Pemeriksaan laboratorium lengkap:
                -   Gula darah dan puasa 2 jam setelah makan
-          HDL dan LDL kolesterol, Trigliserid
-          Kadar hormone
-          Kanker prostat
-          Tumor marker (jika perlu)
b.      Skrining kesehatan
c.       Pemeriksaan status kejiwaan
-          Status mental (memori, konsentrasi, orientasi, komunikasi, verbalisasi)
-          Status psikologis (kesan umum, mood/ afek, dan perilaku)
d.       Pemeriksaan status sosial ekonomi
-          Kontak social
-          Penyesuaian diri (terhadap keadaan saat ini, terhadap masa depan)
-           Evaluasi orang yang merawat Lansia (usia, status kesehatan, ketrampilan, derajat stress, kepandaian, tanggung jawab sebagai keluarga)
e.       Pemeriksaan status fungsi tubuh
-          Mandiri (independent)
-          Kurang mandiri (partially independent)
-          Tidak mandiri/ tergantung (dependent)

3. Pengobatan
a. Pengobatan terhadap gangguan sistem dan gejala yang timbul (sistem muskuloskeletal, kardiovaskular, pernapasan, pencernaan, urogenital, hormonal, saraf, kulit, kuku, dan rambut)
b. Pengobatan terhadap manifestasi klinik (nyeri kepala, nyeri dada, nyeri pinggang, nyeri tungkai, nyeri kaki, demam, hipotermi, tidak ada nafsu makan, kelemahan umum, sesak napas, edema, obstipasi, gangguan kemih, gangguan neuropsikiatri, hipertensi, klimakterium, prostat)
c. Pengobatan terhadap Geriatric Giant (pikiran kacau, jatuh, imobilisasi, dekubitus, incontinentia urinae, incontinentia alvi, gangguan mata, gangguan telinga, osteoarthrosis.

Dasar Klinis Preventive Health Care untuk Lansia, merekomendasi Pemeriksaan Kesehatan Berkala, Prevensi Primer dan Sekunder Frekuensi, Edukasi Tiap 4 tahun
-          Prevensi terhadap kecelakaan: Penggunaan seat belts
-          Pengecekan sendiri : kulit, mulut, payudara, testis
-          Melaporkan perdarahan postmenopause
-          Promosi Kebiasaan Sehat, Olah raga, Gizi, Obesitas Tiap 4 tahun atau kalaudiperlukan
-          Kebersihan mulut
-          Tidur
-          Penggunaan obat
-          Prevensi terhadap Penyakit
Skrining kolesterol Tiap 4 tahun
Imunisasi : Influenza tiap tahun, Pneumococcus Sekali, Tetanus Booster Tiap 10 tahun
Pemeriksaan gigi: Penyakit periodontal, Caries gigi tiap tahun
Skrining untuk Penyakit dini: Penurunan pendengaran
Deteksi pada kelompok resiko tinggi
Hipertensi Pengukuran tekanan darah tiap 1/ 2 tahun
Hipothyroid Pemeriksaan klinis tiap 2 tahun
Ca mamae Pemeriksaan payudara tiap thn
Mammogram tiap thn sampai usia 80 thn
Ca serviks Pap smear tiap 5 thn, tiap 2 thn sp usia 70, tiap 3 tahun
Ca colorectal Pemeriksaan rectal tiap tahun atau setahun 2 kali
Sigmoidoscopy tiap 4 tahun
Ca mulut Pemeriksaan mulut tiap tahun setelah usia 75 tahun
Ca kulit Inspeksi dan konseling, frekuensi tergantung diagnosa klinis
Malnutrisi 2 kali setahun, 65-74 thn, tiap tahun untuk usia 75+
Kelompok resiko tinggi Seperti indikasi diagnosa klinisTBC
Ketidakmampuan progresif sesuai usia
Penilaian fungsi fisik, sosial, dan menta
Dengan kunjungan rumah tiap 2 thn (65-74 thn), tiap tahun (75+)

c. Pembatasan kecacatan / Disability limitation
Kecacatan : kesukaran dalam memfungsikan otot dan alat gerak atau sistem saraf
Jenis Kecacatan :bersifat sementara dan dapat diperbaiki, menetap yang tidak dapat dipulihkan tapi masih mungkin dapat diganti dengan alat bantu progresif yang tidak dapat pulih dan tidak dapat diganti dengan alat bantu
Kegiatan yang dilakukan dalam pembatasan kecacatan :
a. Pemeriksaan (Assessment)
b. Identifikasi masalah ( Problem identification)
c. Perencanaan ( Planning)
d. Pelaksanaan ( Implementation)
e. Penilaian (Evaluation)



d. Upaya pemulihan / Rehabilitasi
Rehabilitasi dilaksanakan oleh tim rehabilitasi (petugas medik, paramedik, non medik)
Prinsip :
a. Pertahankan lingkungan yang aman
b. Pertahankan kenyamanan (istirahat, aktivitas, mobilitas)
c. Pertahankan kecukupan gizi
d. Pertahankan fungsi pernapasan
e. Pertahankan fungsi aliran darah
f. Pertahankan fungsi aliran kemih
g. Meningkatkan fungsi psikososial
h. Pertahankan komunikasi
i. Mendorong pelaksanaan tugas

Perencanaan Keperawatan
  1. Pemenuhan kebutuan nutrisi
  2. Peningkatan keamanan & keselamatan
  3. Memelihara kebersiahan diri
  4. Memelihara keseimbangan istirahat tidur
  5. Meningkatkan hubungan interpersonal mll komsi efektif

1.      Pemenuhan keb. Nutrisi
Penyebab ggn nutrisi pada lansia
a. Penurunan alat penciuman & pengecap
b. Pengunyahan kurang sempurna
c. Gigi tidak lengkap
d. Rasa penuh pda perut& susah BAB
e. Melemah otot- otot lambung

Rencana makanan utk lansia
1. Berikan makaanan porsi kecil tapi sering
2. Banyak minum & kurangi makanan asin
3. Berikan makanan yg banyak serat
4. Baasi pemberian makanan tinggi kalori
5. Batasi minum kopi & teh

2.       Meningkatkan keamanan & keselamatan lansia
Penyebab kecelakaan pada lansia
a. Fleksibilitas kaki berkurang
b. Fungsi penginderaan & pendengaran menurun
c. Pencahayaan kurang
d. Lantai licin & tidak rata
e. Tangga tidak ada pengaman
f. Kursi & TT yg mudah bergerak

Tindakan mencegah kecelakaan
a). Klien / lansia
1. Biarkan lansia mengguakan alat bantu
2. Latih lansia dari TT ke kursi
3. Biasakan menggunakan pengaman TT
4. Latih klien berjalan bila ada masalah tulang
5. Bantu ke kamnr mandi, terutama bila mendapat obat penenang, diuretika
6. Bantu pakai kacamat bila berjalan , menbaca
7. Usahakan ada yg menemani bila bepergian

b). Lingkungan
1. Tempatkan di ruangan yg mudah diobservasi
2. Letakkan bel di TT & ajarkan cara pakai
3. Gunakan temapat yg tidak terlalu tinggi
4. Letakkan meja kecil di dekat TT
5. Pasang pengaman TT
6. Hindari lampu yg redup & silau
7. Gunakan sepatu, sandal beralas karet
3.       Memelihara kebersihan diri
a).Penyebab kuragnya perawatan diri
1. Penurunan daya ingat
2. Kurangnya motivasi
3. Kelemahan & ketidakmampuan fisik
b). Upaya untuk kebersihan diri
1. Mengingatkan/membantu lansia utk kebersihan diri
2. Mengajurkan lansia mgnk sabun lunak & berikan skin lotion
3. Mengingatkan lansia utk membersihkan lubang telingga, mata, gunting kuku

4.      Memelihara keseimbangan istirahat /tidur
Upaya yang dilakukan
1. Menyediakan tempat/ waktu tidur yg nyaman
2. Mengatur lingkungan yg cukup ventilasi, bebas dari bau2
3. Melatih lansia utk latihan fisik ringna utk memperlancar sirkulasi & melenturkan otot
4. Memberikan minum hangat sebelum tidur

5.      Meningkatkan hubungan interpersonal
Masalah umum lansia: daya ingat menurun, depresi, lekas marah, mudah tersinggung dan curiga. Hal ini disebabkan hubungan interpersonal yg tidak adekuat.
Upaya yg dilakukan
1. Berkomunikasi dgn lansia,dng kontak mata
2. Memberikan stimulus/ mengingatkan lansia thd kegiatan yg akan dilakukan
3. Menyediakan waktu utk berbincang2
4. Memberikan kesempatan lansia utk mengekspresikan  atau tanggap thd respon nonverbal lansia
5. Melibatkan lansia utk keperluan ttt ssi dgn kemampuan lansia
6. Menghargai pendapat lansia

Tindakan Keperawatan
1.      Tumbuhkan & bina rasa saling percaya
2.      Sediakan cukup penerangan
3.      Tingkatkan rangsangan pancaindra
4.      Pertahankan & latih daya ingat
5.      Berikan perawatan sirkulasi
6.      Berikan perawatan pernafasan
7.      Berikan perawatan pada alat pencernaan
8.      Berikan perawatan genitourinaria
9.      Berikan perawatan kulit
10.  Berikan perawatan muskuloskeletal
11.  Berikan perawatan psikososial
12.  Pelihara  keselamatan