Standar Kompetensi : Mahasiswa dapat mengerti konsep lanjut usia dan menerapkan asuhan keperawatan lanjut usia.
Kompetensi Dasar : Mahasiswa dapat merencanakan asuhan keperawatan pada Lanjut Usia
Indikator : Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa dapat mendeskripsikanperencanaan
keperawatan lanjut usia :
1. Menjelaskan perencanaan keperawatan lanjut usia
2. Menganalisa
prioritas diagnosa dalam rencana
keperawatan lanjut usia
3. Menjelaskan
tujuan asuhan keperawatan lanjut
usia
4. Membuat tujuan dalam rencana keperawatan lanjut usia
5. Menjelaskan
kriteria hasil asuhan keperawatan lanjut usia
6. Menyebutkan
kriteria hasil dalam rencana keperawatan usia lanjut
7. Menjelaskan
rencana tindakan keperawatan lanjut usia
8. Mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan lanjut usia
PERENCANAAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
Berbagai
masalah klien yang berhubungan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada Lanjut
Usia:
1. Perubahan Fisik
Meliputi
perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya
sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan
tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan
integument
Diagnosa
Fisik/Biologis:
a.
Gangguan
nutrisi : kurang/lebih dari kebutuhan
tubuh b.d pemasukan tidak adekuat
b.
Gangguan persepsi sensorik: pendengaran, penglihatan b
. d hambatan penerimaan , pengiriman rangsang
c.
Kurangnya
perawatan diri b d. penuruan minat dalam merawat diri
d.
Potensial
cidera fisik b . d penurunan fungsi tubuh
e.
Gangguan
pola tidur b.d kecemasan, nyeri
f.
Perubahan
eliminasi b.d penyempitan jalan nafas, akumulasi skret pada jln napas
g.
Gangguan
mobilitas fisik b.d kekuatan sendi
2.
Perubahan-perubahan mental/ psikologis
Perubahan
konsep diriPerubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih
sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin
oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.
a. Isolasi sosial b.d perasaan curiga
b. Menarik diri b.d perasaan tidak
mampu
c. Depresi b.d isolasi sosial
d. Harga diri rendah b.d perasaan
ditolak
e. Koping tidak efektif b.d
ketidakmampuan mengemukakan perasaan scr tepat
f. Cemas b.d sumber keuangan terbatas
3.
Perubahan
Spiritual
Agama atau kepercayaan makin
terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970). Lansia makin matur dalam
kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam
sehari-hari.
a. Berduka b.d ditinggal pasangan
b. Penolakan terhadap proses penuaan
b.d ketidaksiapan menghadapi kematian
c. Marah terhadap tuhan b.d kegagalan
yang dialami
d. Perasaan tidak tenang b.d
ketidakmampuan melakukan ibadah scr tepat
Fenomena
yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.
Lingkup askep gerontik meliputi:
Lingkup askep gerontik meliputi:
1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan
akibat proses penuaan
2. Perawatan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya
mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan
Upaya mengatasi
permasalahan kesehatan pada Lansia meliputi: upaya pembinaan kesehatan, upaya
pelayanan kesehatan (upaya promotif,upaya preventif, diagnosa dini dan
pengobatan, pencegahan kecacatan,upaya rehabilitative), upaya perawatan dan upaya
pelembagaan Lansia
Prinsip pelayanan kesehatan pada
Lansia:
a. Prinsip holistic
Seorang penderita lanjut usia harus
dipandang sebagai manusia seutuhnya (lingkungan psikologik dan sosial ekonomi).
Hal ini ditunjukkan dengan asesment geriatri sebagai aspek diagnostik, yang
meliputi seluruh organ dan sistem, juga aspek kejiwaan dan lingkungan sosial
ekonomi. Sifat holistik mengandung artian baik secara vertikal ataupun
horizontal. Secara vertikal dalam arti pemberian pelayanan di masyarakat sampai
ke pelayanan rujukan tertinggi, yaitu rumah sakit yang mempunyai pelayanan
subspesialis geriatri. Holistik secara horizontal berarti bahwa pelayanan
kesehatan harus merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan lansia secara
menyeluruh.
Oleh karena
itu, pelayanan kesehatan harus bekerja secara lintas sektoral dengan dinas/
lembaga terkait di bidang kesejahteraan, misalnya agama, pendidikan, dan kebudayaan,
serta dinas sosial. Pelayanan holistik juga berarti bahwa pelayanan harus
mencakup aspek pencegahan (preventif), promotif, penyembuhan (kuratif), dan
pemulihan (rehabilitatif). Begitu pentingnya aspek pemulihan, sehingga WHO
menganjurkan agar diagnosis penyakit pada Lansia harus meliputi 4 tingkatan
penyakit :
1. Disease (penyakit), yaitu diagnosis
penyakit pada penderita, misalnya penyakit jantung iskemik.
2. Impairment (kerusakan/ gangguan), yaitu adanya gangguan atau kerusakan dari organ akibat penyakit, missal pada MCI akut ataupun kronis.
2. Impairment (kerusakan/ gangguan), yaitu adanya gangguan atau kerusakan dari organ akibat penyakit, missal pada MCI akut ataupun kronis.
3. Disability (ketidakmampuan),
yaitu akibat obyektif pada kemampuan fungsional dari organ atau dari individu
tersebut. Pada kasus di atas misalnya terjadi decompensasi jantung.
4. Handicap (hambatan), yaitu akibat sosial dari penyakit. Pada kasus tersebut di atas adalah ketidakmampuan penderita untuk melakukan aktivitas sosial, baik di rumah maupun di lingkungan sosialnya.
4. Handicap (hambatan), yaitu akibat sosial dari penyakit. Pada kasus tersebut di atas adalah ketidakmampuan penderita untuk melakukan aktivitas sosial, baik di rumah maupun di lingkungan sosialnya.
b. Prinsip tatakerja dan tatalaksana
secara TIM
Tim geriatrik merupakan bentuk
kerjasama multidisipliner yang bekerja secara inter-disipliner dalam mencapai
tujuan pelayanan geriatrik yang dilaksanakan. Yang dimaksud dengan
multidisiplin si sini adalah berbagai disiplin ilmu kesehatan yang secara
bersama-sama melakukan penanganan pada penderita lanjut usia. Komponen utama
tim geriatrik terdiri dari dokter, pekerja sosio medik, dan perawat. Tergantung
dari kompleksitas dan jenis layanan yang diberikan. Anggota tim dapat ditambah
dengan tenaga rehabilitasi medik (dokter, fisioterapist, terapi okupasi, terapi
bicara, dll.), psikolog, dan atau psikiater, farmasis, ahli gizi,dan tenaga lain
yang bekerja dalam layanan tersebut.
Istilah interdisiplin diartikan sebagai suatu tatakerja dimana masing-masing anggotanya saling tergantung (interdependent) satu sama lain. Jika tim multidisiplin yang bekerja secara multidisiplin, dimana tujuan seolah-olah dibagi secara kaku berdasarkan disiplin masing-masing anggota. Pada tim interdisiplin, tujuan merupakan tujuan bersama. Masing-masing anggota mengerjakan tugas sesuai disiplinnya sendiri-sendiri, tetapi tidak secara kaku. Disiplin lain dapat memberi saran demi tercapainya tujuan bersama. Secara periodik dilakukan pertemuan anggota tim untuk mengadakan evaluasi kerja yang telah dicapai, dan kalau perlu mengadakan perubahan demi tujuan bersama yang hendak dicapai.
Pada tim multidisiplin, kerjasama terutama bersifat pada pembuatan dan penyerasian konsep. Sedangkan pada tim interdisiplin, kerjasama meliputi pembuatan dan penyerasian konsep serta penyerasian tindakan.
Istilah interdisiplin diartikan sebagai suatu tatakerja dimana masing-masing anggotanya saling tergantung (interdependent) satu sama lain. Jika tim multidisiplin yang bekerja secara multidisiplin, dimana tujuan seolah-olah dibagi secara kaku berdasarkan disiplin masing-masing anggota. Pada tim interdisiplin, tujuan merupakan tujuan bersama. Masing-masing anggota mengerjakan tugas sesuai disiplinnya sendiri-sendiri, tetapi tidak secara kaku. Disiplin lain dapat memberi saran demi tercapainya tujuan bersama. Secara periodik dilakukan pertemuan anggota tim untuk mengadakan evaluasi kerja yang telah dicapai, dan kalau perlu mengadakan perubahan demi tujuan bersama yang hendak dicapai.
Pada tim multidisiplin, kerjasama terutama bersifat pada pembuatan dan penyerasian konsep. Sedangkan pada tim interdisiplin, kerjasama meliputi pembuatan dan penyerasian konsep serta penyerasian tindakan.
Tim geriatri disamping mengadakan
asesment atas masalah yang ada, juga mengadakan asesment atas sumber daya
manusia dan sosial ekonomi yang bisa digunakan untuk membantu pelaksanaan
masalah penderita tersebut.
1. Pembinaan Kesehatan
Tujuannya adalah meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yagn bahagia dan berguna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam
masyarakat.
a.
Informasi yang diperlukan usia 40-45 tahun (masa virilitas)
1.
Mengetahui sedini mungkin adanya akibat proses penuaan (keluhan mudah jatuh,
mudah lelah, nyeri dada, berdebar-debar, sesak nafas waktu beraktivitas.
2. Mengetahui pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala.
2. Mengetahui pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala.
3.
Melakukan latihan kesegaran jasmani.
4.
Melakukan diet dengan menu seimbang.
5.
Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat.
6.
Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b.
Informasi yang diperlukan usia 55-64 tahun (masa presenium)
1.
Pemeriksaan kesehatan secara berkala.
2.
Perawatan gizi/ diet seimbang
3.
Kegiatan olahraga/ kesegaran jasmani.
4.
Perlunya berbagai alat bantu untuki tetap berdaya guna.
5.
Pengembangan dan peningkatan hubungan sosial di masyarakat.
6.
Peningkatan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
c.
Informasi yang diperlukan > 65 tahun dan kelompok resiko tinggi
1.
Pembinaan diri sendiri dalam hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktivitas di dalam
rumah maupun di luar rumah
2.
Pemakaian alat bantu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang ada pada
mereka.
3. Pemeriksaan kesehatan secara berkala.
3. Pemeriksaan kesehatan secara berkala.
4.
Perawatan fisioterapi di RS terdekat.
5.
Latihan kesegaran jasmani.
6.
Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pelayanan kesehatan
a. Upaya peningkatan / Promosi
Kesehatan
Pada
dasarnya merupakan upaya pencegahan primer ( primary prevention).
Anjuran dari Prof. Dr. Slamet Suyono (RSCM, 1997) adalah : BAHAGIA
Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi
Anjuran dari Prof. Dr. Slamet Suyono (RSCM, 1997) adalah : BAHAGIA
Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi
Aturlah makanan hingga seimbang
Hindari faktor risiko penyakit degenerative
Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang bermanfaat
Gerak badan teratur agar terus dilakukan
Iman dan takwa tingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang
menegangkan
Awasi kesehatan dengan memeriksakan badan secara periodic
DepKes
RI, Buku Pedoman pemeliharaan Kesehatan Usia Lanjut, memuat anjuran untuk hidup
sehat :
1.
Perkuat ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa untuk mengendalikan stress
2. Periksakan kesehatan secara berkala
2. Periksakan kesehatan secara berkala
3.
Makan dan minum kurangi gula, lemak, dan
garam perbanyak buah, sayur, susu tanpa lemak dan ikan, hindari alcohol,
berhenti merokok, perbanyak minum air putih 6-8 gelas per hari atau sesuai
anjuran petugas kesehatan
4.
Kegiatan fisik dan psikososial
a.
Pertahankan berat badan normal
b.
Lakukan kegiatan fisik sesuai kemampuan
c.
Lakukan latihan kesegaran jasmani sesuai kemampuan seperti jalan kaki, senam,
berenang, dan bersepeda
d.
Tingkatkan silaturahmi
e.
Sempatkan rekreasi dan salurkan hobi secara teratur dan bergairah
f.
Gunakan obat-obatan atas saran petugas kesehatan
g.
Pertahankan hubungan harmonis dalam keluarga tetap melakukan kegiatan seksual
dengan pasangan hidup
b. Upaya pencegahan / Prevention
Bagaimanapun hebatnya penemuan dalam
bidang teknologi dan obat-obatan untuk merawat dan menyembuhkan Lansia yang
sakit, tetapi peranan prevensi (pencegahan) semakin besar, karena bila
dilaksanakan secara cermat dan terus menerus akan memberikan hasil yang lebih
baik dengan biaya yang lebih murah.Yang dimaksudkan dengan prevensi bukanlah
menghindarkan ketuaan atau proses menjadi tua, melainkan menghindarkan sejauh
mungkin penyakit-penyakit yang dapat timbul dan mengusahakan agar fungsi tubuh
selama mungkin dapat dipertahankan.
1. Upaya pencegahan primer (Primary
prevention)
Ditujukan
kepada Lansia yang sehat, mempunyai risiko akan tetapi belum menderita
penyakit. Dapat digolongkan pada upaya peningkatan
penyakit. Dapat digolongkan pada upaya peningkatan
2. Upaya pencegahan sekunder (Secondary
prevention)
Ditujukan
kepada penderita tanpa gejala, yang mengidap faktor risiko. Upaya ini dilakukan
sejak awal penyakit hingga awal timbulnya gejala atau keluhan.
Menurut DepKes RI 1998, keluhan yang perlu diwaspadai :
Menurut DepKes RI 1998, keluhan yang perlu diwaspadai :
-
cepat lelah – nyeri pinggang
-
nyeri dada – nyeri sendi
-
sesak napas – gangguan gerak
-
berdebar-debar – kaki bengkak
-
sulit tidur – kesemutan
-
batuk – sering haus
-
gangguan penglihatan – gangguan BAB/ BAK
-
gangguan pendengaran – benjolan tidak normal / daging
-
gangguan mulut tumbuh
-
nafsu makan meningkat atau menurun – keluarnya darah atau cairan melalui
vaginasecara terus-menerus
3.
Upaya pencegahan tersier (Tertiary prevention)
Ditujukan
kepada penderita penyakit dan penderita cacat, yang telah memperlihatkan gejala
penyakit.
Tahap
I : Ketika Lansia dirawat di RS
Tahap
II : Ketika Lansia pada masa rehabilitasi atau rawat jalan
Tahap
III : Ketika Lansia pada saat pemeliharaan jangka panjang
Tindakan
pencegahan praktis yang dapat dilaksanakan
a.
Hindari berat badan berlebihan (obesitas ataupun overweight)
b.
Kurangi makan dan pilihlah makanan yang sesuai
c.
Olahraga yang ringan dan teratur harus dilakukan
d.
Menghindari faktor resiko PJK
-
faktor resiko yang tidak dapat dihindari : umur, jenis kelamin, keturunan
- faktor resiko yang sukar dihindari : kepribadian
- faktor resiko yang sukar dihindari : kepribadian
-
faktor resiko yang dapat dihindari/ dibatasi : merokok, kelebihan
BB,hiperkolesterolemia, hipertensi, DM
e.
Menghindari timbulnya kecelakaan pada Lansia
f.
Tindakan yang mengisi kehidupan Lansia
g.
Persiapan menghadapi pension
h.
Pemeriksaan kesehatan secara periodic
c.
Diagnosa dini dan pengobatan / Early diagnosis and prompt treatment
Dilaksanakan oleh Lansia, keluarga, petugas professional, dan petugas panti.
Pengobatan dijalankan terhadap gangguan sistem, mengurangi gejala yang terjadi dan mengatasi manifestasi klinik. Kegiatan dilaksanakan di tingkat keluarga, fasilitas pelayanan tingkat dasar, dan fasilitas pelayanan rujukan tingkat I dan tingkat II.
Dilaksanakan oleh Lansia, keluarga, petugas professional, dan petugas panti.
Pengobatan dijalankan terhadap gangguan sistem, mengurangi gejala yang terjadi dan mengatasi manifestasi klinik. Kegiatan dilaksanakan di tingkat keluarga, fasilitas pelayanan tingkat dasar, dan fasilitas pelayanan rujukan tingkat I dan tingkat II.
1. Diagnosa dini oleh Lansia dan
keluarga
Di
Amerika Serikat, bimbingan diberikan oleh National Health Information
Clearinghouse (1994), untuk memungkinkan para Lansia memberi skor terhadap gaya
hidup sehat (healthstyle self-test) dengan menghitung skor merokok, pemakaian
alkohol, dan obat, kebiasaan makan, olahraga, dan kebugaran, pengendalian
stres, juga pengamanan diri terhadap kecelakaan dan cedera.
Medical
screening schedule (prosedur penapisan) dianjurkan U.S. Preventive Services
Task Force (1994), meliputi:
a. Penapisan :
Anamnesa
diarahkan terhadap tanda gejala nyeri dada, kebiasaan diet, kebiasaan olahraga,
pemakaian alcohol dan kebiasaan merokok, serta ada atau tidaknya gangguan
fungsi di rumah
Pemeriksaan
fisik : berat dan tinggi badan, tekanan darah, visus, fungsi pendengaran, alat
Bantu dengar, pemeriksaan payudara, pemeriksaan laboratorium, glukosa dan
kolesterol, fungsi kelenjar tiroid, EKG, pap smear, sigmoidoskopi, kolonoskopi
b. Konseling :
Olahraga
dan latihan tertentu, diet, lemak, kolesterol, karbohidrat, kalori,
penyalahgunaan narkotika, alcohol, zat adiktif, pencegahan kecelakaan,
kesehatan gigi, glaucoma, pengobatan estrogen.
c. Imunisasi :
Hepatitis
B, Vaksin influenza
Di
Indonesia Buku Kesehatan Pribadi dianjurkan untuk dimiliki oleh masyarakat,
termasuk Lansia. Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Usia Lanjut, agar diisi
oleh para Lansia, keluarga, atau pemberi pelayanan kesehatan setiap diberikan
pelayanan kesehatan, sehingga dapat terjalin komunikasi dan tukar menukar
informasi penting diantara Lansia dengan petugas pelayanan kesehatan setiap
saat.
Kartu Menuju Sehat Usia Lanjut disimpan oleh Lansia sendiri
Kartu Menuju Sehat Usia Lanjut disimpan oleh Lansia sendiri
2.
Diagnosa dini oleh petugas profesional atau tim
a.
Pemeriksaan status fisik
b.
Pemeriksaan fisik diagnostik lengkap
c. Pemeriksaan laboratorium lengkap:
- Gula darah dan puasa 2 jam setelah makan
-
HDL
dan LDL kolesterol, Trigliserid
-
Kadar
hormone
-
Kanker
prostat
-
Tumor
marker (jika perlu)
b. Skrining kesehatan
c. Pemeriksaan status kejiwaan
-
Status
mental (memori, konsentrasi, orientasi, komunikasi, verbalisasi)
-
Status
psikologis (kesan umum, mood/ afek, dan perilaku)
d. Pemeriksaan status sosial ekonomi
-
Kontak
social
-
Penyesuaian
diri (terhadap keadaan saat ini, terhadap masa depan)
-
Evaluasi orang yang merawat Lansia (usia,
status kesehatan, ketrampilan, derajat stress, kepandaian, tanggung jawab
sebagai keluarga)
e. Pemeriksaan status fungsi tubuh
-
Mandiri
(independent)
-
Kurang
mandiri (partially independent)
-
Tidak
mandiri/ tergantung (dependent)
3. Pengobatan
a.
Pengobatan terhadap gangguan sistem dan gejala yang timbul (sistem
muskuloskeletal, kardiovaskular, pernapasan, pencernaan, urogenital, hormonal,
saraf, kulit, kuku, dan rambut)
b. Pengobatan terhadap manifestasi klinik (nyeri kepala, nyeri dada, nyeri pinggang, nyeri tungkai, nyeri kaki, demam, hipotermi, tidak ada nafsu makan, kelemahan umum, sesak napas, edema, obstipasi, gangguan kemih, gangguan neuropsikiatri, hipertensi, klimakterium, prostat)
b. Pengobatan terhadap manifestasi klinik (nyeri kepala, nyeri dada, nyeri pinggang, nyeri tungkai, nyeri kaki, demam, hipotermi, tidak ada nafsu makan, kelemahan umum, sesak napas, edema, obstipasi, gangguan kemih, gangguan neuropsikiatri, hipertensi, klimakterium, prostat)
c.
Pengobatan terhadap Geriatric Giant (pikiran kacau, jatuh, imobilisasi,
dekubitus, incontinentia urinae, incontinentia alvi, gangguan mata, gangguan
telinga, osteoarthrosis.
Dasar
Klinis Preventive Health Care untuk Lansia, merekomendasi Pemeriksaan Kesehatan
Berkala, Prevensi Primer dan Sekunder Frekuensi, Edukasi Tiap 4 tahun
-
Prevensi
terhadap kecelakaan: Penggunaan seat belts
-
Pengecekan
sendiri : kulit, mulut, payudara, testis
-
Melaporkan
perdarahan postmenopause
-
Promosi
Kebiasaan Sehat, Olah raga, Gizi, Obesitas Tiap 4 tahun atau kalaudiperlukan
-
Kebersihan
mulut
-
Tidur
-
Penggunaan
obat
-
Prevensi
terhadap Penyakit
Skrining
kolesterol Tiap 4 tahun
Imunisasi
: Influenza tiap tahun, Pneumococcus Sekali, Tetanus Booster Tiap 10 tahun
Pemeriksaan
gigi: Penyakit periodontal, Caries gigi tiap tahun
Skrining
untuk Penyakit dini: Penurunan pendengaran
Deteksi
pada kelompok resiko tinggi
Hipertensi
Pengukuran tekanan darah tiap 1/ 2 tahun
Hipothyroid
Pemeriksaan klinis tiap 2 tahun
Ca
mamae Pemeriksaan payudara tiap thn
Mammogram
tiap thn sampai usia 80 thn
Ca
serviks Pap smear tiap 5 thn, tiap 2 thn sp usia 70, tiap 3 tahun
Ca
colorectal Pemeriksaan rectal tiap tahun atau setahun 2 kali
Sigmoidoscopy
tiap 4 tahun
Ca
mulut Pemeriksaan mulut tiap tahun setelah usia 75 tahun
Ca
kulit Inspeksi dan konseling, frekuensi tergantung diagnosa klinis
Malnutrisi
2 kali setahun, 65-74 thn, tiap tahun untuk usia 75+
Kelompok
resiko tinggi Seperti indikasi diagnosa klinisTBC
Ketidakmampuan
progresif sesuai usia
Penilaian
fungsi fisik, sosial, dan menta
Dengan
kunjungan rumah tiap 2 thn (65-74 thn), tiap tahun (75+)
c. Pembatasan kecacatan / Disability limitation
Kecacatan
: kesukaran dalam memfungsikan otot dan alat gerak atau sistem saraf
Jenis Kecacatan :bersifat sementara dan dapat diperbaiki, menetap yang tidak dapat dipulihkan tapi masih mungkin dapat diganti dengan alat bantu progresif yang tidak dapat pulih dan tidak dapat diganti dengan alat bantu
Jenis Kecacatan :bersifat sementara dan dapat diperbaiki, menetap yang tidak dapat dipulihkan tapi masih mungkin dapat diganti dengan alat bantu progresif yang tidak dapat pulih dan tidak dapat diganti dengan alat bantu
Kegiatan
yang dilakukan dalam pembatasan kecacatan :
a.
Pemeriksaan (Assessment)
b.
Identifikasi masalah ( Problem identification)
c.
Perencanaan ( Planning)
d.
Pelaksanaan ( Implementation)
e.
Penilaian (Evaluation)
d.
Upaya pemulihan / Rehabilitasi
Rehabilitasi
dilaksanakan oleh tim rehabilitasi (petugas medik, paramedik, non medik)
Prinsip
:
a.
Pertahankan lingkungan yang aman
b.
Pertahankan kenyamanan (istirahat, aktivitas, mobilitas)
c.
Pertahankan kecukupan gizi
d.
Pertahankan fungsi pernapasan
e.
Pertahankan fungsi aliran darah
f.
Pertahankan fungsi aliran kemih
g.
Meningkatkan fungsi psikososial
h.
Pertahankan komunikasi
i.
Mendorong pelaksanaan tugas
Perencanaan Keperawatan
- Pemenuhan kebutuan nutrisi
- Peningkatan keamanan & keselamatan
- Memelihara kebersiahan diri
- Memelihara keseimbangan istirahat tidur
- Meningkatkan hubungan interpersonal mll komsi efektif
1.
Pemenuhan
keb. Nutrisi
Penyebab ggn nutrisi pada lansia
a. Penurunan alat penciuman &
pengecap
b. Pengunyahan kurang sempurna
c. Gigi tidak lengkap
d. Rasa penuh pda perut& susah
BAB
e. Melemah otot- otot lambung
Rencana makanan utk lansia
1. Berikan makaanan porsi kecil tapi
sering
2. Banyak minum & kurangi
makanan asin
3. Berikan makanan yg banyak serat
4. Baasi pemberian makanan tinggi
kalori
5. Batasi minum kopi & teh
2.
Meningkatkan keamanan & keselamatan lansia
Penyebab kecelakaan pada lansia
a. Fleksibilitas kaki berkurang
b. Fungsi penginderaan &
pendengaran menurun
c. Pencahayaan kurang
d. Lantai licin & tidak rata
e. Tangga tidak ada pengaman
f. Kursi & TT yg mudah bergerak
Tindakan mencegah kecelakaan
a). Klien / lansia
1. Biarkan lansia mengguakan alat
bantu
2. Latih lansia dari TT ke kursi
3. Biasakan menggunakan pengaman TT
4. Latih klien berjalan bila ada masalah
tulang
5. Bantu ke kamnr mandi, terutama
bila mendapat obat penenang, diuretika
6. Bantu pakai kacamat bila berjalan
, menbaca
7. Usahakan ada yg menemani bila
bepergian
b). Lingkungan
1. Tempatkan di ruangan yg mudah
diobservasi
2. Letakkan bel di TT & ajarkan
cara pakai
3. Gunakan temapat yg tidak terlalu
tinggi
4. Letakkan meja kecil di dekat TT
5. Pasang pengaman TT
6. Hindari lampu yg redup &
silau
7. Gunakan sepatu, sandal beralas
karet
3.
Memelihara kebersihan diri
a).Penyebab kuragnya perawatan diri
1. Penurunan daya ingat
2. Kurangnya motivasi
3. Kelemahan & ketidakmampuan
fisik
b). Upaya untuk kebersihan diri
1. Mengingatkan/membantu lansia utk
kebersihan diri
2. Mengajurkan lansia mgnk sabun
lunak & berikan skin lotion
3. Mengingatkan lansia utk
membersihkan lubang telingga, mata, gunting kuku
4.
Memelihara
keseimbangan istirahat /tidur
Upaya yang dilakukan
1. Menyediakan tempat/ waktu tidur
yg nyaman
2. Mengatur lingkungan yg cukup
ventilasi, bebas dari bau2
3. Melatih lansia utk latihan fisik
ringna utk memperlancar sirkulasi & melenturkan otot
4. Memberikan minum hangat sebelum
tidur
5.
Meningkatkan
hubungan interpersonal
Masalah umum lansia: daya ingat
menurun, depresi, lekas marah, mudah tersinggung dan curiga. Hal ini disebabkan
hubungan interpersonal yg tidak adekuat.
Upaya yg dilakukan
1. Berkomunikasi dgn lansia,dng
kontak mata
2. Memberikan stimulus/ mengingatkan
lansia thd kegiatan yg akan dilakukan
3. Menyediakan waktu utk berbincang2
4. Memberikan kesempatan lansia utk
mengekspresikan atau tanggap thd respon
nonverbal lansia
5. Melibatkan lansia utk keperluan
ttt ssi dgn kemampuan lansia
6. Menghargai pendapat lansia
Tindakan Keperawatan
1. Tumbuhkan & bina rasa saling
percaya
2. Sediakan cukup penerangan
3. Tingkatkan rangsangan pancaindra
4. Pertahankan & latih daya ingat
5. Berikan perawatan sirkulasi
6. Berikan perawatan pernafasan
7. Berikan perawatan pada alat
pencernaan
8. Berikan perawatan genitourinaria
9. Berikan perawatan kulit
10. Berikan perawatan muskuloskeletal
11. Berikan perawatan psikososial
12. Pelihara keselamatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar